Tampilkan postingan dengan label ARTIKEL. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ARTIKEL. Tampilkan semua postingan

Rabu, 20 September 2017

Pitutur sesepuh pulau Madura Tentang Pelet kandung

Pitutur sesepuh pulau Madura
Tentang Pelet kandung

            Jika kita tahu dan ingin kenal indonesia, kita juga akan dikenlkan dengan berbagai ragam budaya serta tradisi yang dimilkinya. Indonesia adalah salah satu negara yang berbeda dari negara lain, indonesia memiliki kekayaan budaya yang sangat luar biasa ketimbang negara lain. Kita sempitkan lagi pembahsannya, yaitu kita berbicara tentang berbagai ragam budaya serta tradisi kepulauan  yang ada di indonesia. Maduara adalah bagian dari salah satu pulau yang ada di indonesia yang memilki kebudayaan yang sangat beragam, kalau kita punya menantu orang madura, dan kemudian anak kita hamil, maka kalau semisal usia kandungan sudah berusia 7 bulan, maka ada salah satu tradsi masyarakat madura untuk mengadakan pelet kandung. Tetapi apakah sahabat tahu apa itu pelet kandung? Saya jelasin yaaa, pelet kadung adalah nama syukuran( selamatan) masyarakat madura untuk kehamilan yang berusia 7 bulan.

khidir
Pelet kandung di pulau Sumenep Madura
          
Madura terdiri dari empat kabupaten, diantaranya dalah Bangkalan, Sampang Pamekasan dan yang terakhir adalah sumenep yang disebut kota budaya dari madura. Karena ini berbicara budaya lokal, maka kami angkat budaya lokal yang ada di kepulaan di kabupaten Sumenep. Giliyang yang disebut dengan pulau oksigent yang terbesr sekala internasional setelah pulau Yordania, Giliyang bukan Cuma memiliki banyak ekowisata, melainkan giliyang juga meliki sejuta budaya dan tradisi lokal yang belum terexpos di media. Salah satu kebudayaan yang masi diperthankan oleh masyarakat Giliyang adalah pelet kandung yang diyakini menyimpan makna keselamatan dalam ritual itu. Sebut saja tokoh yang ada dalam cerita ini yaitu Ahmad Syarbini dan Istiana anak dari bapak Japsan dan ibunda Khotnayani dan dari bapak Suharto dan Hapsa yang telah melaksanakan pelet kandung dua bulan yang lalu.

khidir2
Gambar diambil di acara pelet kandung saudara Ahmad Syarbini dan saudari Istiana

            Mungkin kalau kita lihat di daerah lain, ritual ini berbeda, dari segi cara mereka melaksanakannya, atau dari cara pandang mereka terhadap acara ini. sedikit saya kasih tahu yaa sahabat mengenai mikanisme pelaksanaannya. Pertama yaitu peralatan harus kita siapkan adalah gayung, pelteng, bunga tuju rupa, batang pohon beringin, telur dan kelapa. Untuk cara pelaksanaannya yaitu para suami dan istri duduk berdampinagn degan membawa telur dan buah kelapa, telurnya dijdikan sabun untuk diusapkan pada seluruh tubuh buah kelapa, dan semua keluarganya harus ada di sampingny untuk turut memandikannya dengan memakai air yang sudah dikasih bunga yang sudah disiapkan. Ada banyak makna yang terselip dalam ritual tersebut, tiga hal yang perlu diketahui dalam upacara tersebut, yaitu mengenai tujuan pelaksanaannya dan makna yang terkandung dalam bahan yang sudah disiapkannya serta kenapa dilaksanakan pada masa hamil tuju bulan. Hal itu yang perlu kita bahas untuk memberitahukan pada halayak masyaralat untuk menjaga keutuhan bertradsi dan berbudaya. Sahabat saya akan mencoba jelaskan sejauh saya yang telah melakukan penelitian pada sesepuh msyarakat Giliyang Sumenep. Saya mulai dari yang peratama ya sahabat, yaitu tujuan pelaksanaannya, tujuan pelaksanaan dari peret kandung sendiri menurut pitutur sesepuh Giliyang adalah yaitu sebagai simbol atau tanda kabar gembira bagi mereka mempelai, kadua adalah makna yang terkandung dalam alat serta tata cara dalam ritual ini adalah sebagai berikut:
Telur    : diartikan sebagai sabun yang kemudian dinggunakan untuk membersihkan bayi
Kelapa : diartikan sebagai bayi dari kedua pasutri
Pohon beringin: diartikan sebagai pohon yang rindang yang yang diyakini sebagai symbol agar kandungan menjadi sejuk, yang ketiga adalah kenapa ritual pelet kandung dilaksanakan pada masa usia 7 bulan kandungan, menurut pitutur sesepuh masyarakat Giliyang madura pada masa 7 bulan bayi merupakan masa pembentukan janin dimana hal itu harus dijaga dan di rawat denagn baik, oleh karenanya Madura khususnya masyarakat Giliyang Sumenep tetap melestarikan tradsi dan budaya budaya sperti ini.
Kami bisa menyimpulkan sedikit mengenai cerita diatas bahwa ini merupakan tradisi turun temurun pulau Sumenep Madura yang diyakini memiliki keutamaan dan kekuatan magis didalmnya yang masih dipertahankan oleh masyarakat sekitar sebagai cara rasa syukur mereka agar buah hatinya selamat dunia akhirat.

khidir3
Budaya local yang masih dipertahankan oleh masyarakat Sumenep Madura
Oleh : Khoidir rahman
Biro dakwah dan kajian islam KOM PMII UTM

Selasa, 19 September 2017

Menjadi seorang aktivis perempuan



*Untuk menjadi seorang aktivis perempuan*

Kultur budaya khususnya di Madura masih saja memandang seorang perempuan ialah tidak penting atau bisa dikatakan perempuan second class. Tentu saja hal tersebut tidaklah adil untuk para perempuan itu sendiri, maka tidaklah heran jika para perempuan sekarang selalu menyebut-nyebut  frasa yaitu *kesetaraan gender,* namun yang perlu digaris bawahi adalah kesetaraan yang seperti apa?

Jika mendiskusikan hal ini dengan lawan jenis tentu tidak akan pernah ada akhirnya, laki-laki tidak akan mau disaingi oleh perempuan, disisi lain perempuan ingin menyuarakan dan menuntut haknya. Kiranya perlu dirubah dan di luruskan terlebih dahulu mindset atau pemikiran yang telah mencapai level keyakinan tersebut.

Ilmu yang saya peroleh dari mengikuti *sekolah islam gender* (SIG) setahun yang lalu, bahwa perempuan itu memiliki 2 ranah, yaitu ranah domistik dan ranah publik. Kultur budaya yang selalu mengatakan bahwa perempuan itu hanya di dapur, di sumur, dan di kasur inilah yang menjadi alasan utama para perempuan harus berteriak kesetaraan gender, padahal bagi yang pencipta tidak ada perbedaan seperti itu, yang membedakan hanya tingkat keimanannya. Lantas mengapa mindset orang madura seperti ini?

Ketika seorang perempuan hendak melanjutkan pendidikan selalu ada saja alasan sehingga tidak akan diizinkan. Namun ketika anak laki-laki hendak melanjutkan pendidikan dan mengejar cita-citanya dukungan datang dari semua kalangan. Pemikiran macam apa ini? Sekali lagi saya tegaskan perempuan tidak akan berteriak kesetaraan gender jika mindset seperti itu dibuang. Seorang perempuan hanya ingin mendapatkan hal yang layak halnya laki-laki, hak untuk berpendidikan, hal untuk bisa menyampaikan pendapat. Judul skripsi untuk anak hukum (pertanggung jawaban pidana mengenai penegakan HAM (perempuan) ditinjau dari kultur budaya Madura), ini merupakan isuk hukum perempuan bisa menuntutnya.

Dan juga yang sering kali membuat mahasiswi galau adalah untuk ikut organisasi, kita ketahui sendiri bahwa bahasa-bahasa yang biasa digunakan anak organisasi adalah rapat dan ngopi, sedangkan para perempuan untuk hal seperti saja sudah sangat dibatasi, belum ditambah cemohan yang akan diperoleh dari tetangga karena pulang malam, ngumpul dengan yang bulan muhrimnya dan lain-lain. Ribet kan jadi perempuan?

Di satu sisi, untuk perempuan masa kini karir ialah sangat penting. Seorang tidak akan mengingkari takdirnya diranah domistik, yaitu melahirkan, menyusui, dan melayani suami. Perempuan sangat sepakat jika ranah ini telah menjadi kodrati perempuan, perempuan juga tidak mengingkari jika perempuan harus berada dibawah pengampunan laki-laki (untuk perempuan yang telah bersuami).

Berbicara ranah publik yaitu perempuan setara dengan laki-laki dalam hal berpolitik, pendidikan dan sebagainya. Jadi dapat disimpulkan bahwa yang selalu diteriakkan perempuan adalah di ranah publik, tentu pria akan pasang muka karena tidak ingin disaingi oleh perempuan, entah takut dikalahkan atau malu.

Saya sering mendengar bahwa laki-laki adalah emas 24 karat, tapi saya katakan bahwa perempuan adalah ibtan berlian. Perempuan sholiha adalah sebaik-bainya  dunia. Surga ada di bawah kaki perempuan (ibu), jadi mari kita ubah pemikiran buruk yang sangat tidak baik tersebut.

Pejuang emansipasi wanita, ibu besar kita Kartini adalah istri kedua. Hal inilah yang menjadi tolak ukur perempuan untuk minder, memang ada masalah apa jika Kartini istri kedua? toh dalam ranah publik beliau mampu mengalahkan para laki-laki masa itu, Kartini lebih di kenal daripada laki-laki waktu itu.

Disadari atau tidak, kitalah Kartini modern. Kartini dikenal karena tulisannya, seperti pepatah "aku ada karena aku menulis".

Jadi sudah jelas apa sebenarnya yang diinginkan oleh para wanita, tidak untuk menyaingi laki-laki dan menuntut apapun, mengutip kata-kata ustadzah Oki Setiana Dewi "setidaknya anak-anakku dirumah dididik oleh seorang Dr." 🙂


oleh: Lina Andriyani

Selasa, 30 Mei 2017

PEMBUNUHAN KARAKTER PEMBODOHAN KADER

Layaknya sebuah toko yang baru dibuka, dengan berbagai hidangan makanan yang mengundang selera, dengan harga yang diobral, akan tidak terhitung berapa banyak pengunjung yang datang. Mereka tertarik dengan yang diberikan dan dihidangkan. Tanpa kita tahu ketertarikan itu merupakan ketertarikan semu atau nyata. Mereka yang masuk ke dalam toko tersebut berasal dari banyak latar belakang. Ada yang kaya, ada yang miskin, ada yang kaya tapi pura-pura miskin, ada pula yang miskin tapi berlaga kaya.  Dari sekian pengunjung yang datang, ada yang memang ingin tahu tentang apa yang dijual oleh toko tersebut, ada pula yang memang hanya ingin sekedar tahu, ada yang potensial untuk pengembangan usaha melalui pelanggan, ada pula yang ingin mencuri ilmunya untuk digunakan di tempat lain. Semuanya masuk tanpa disadari oleh pemilik toko bahwa masing-masing pengunjung yang datang sebenarnya memiliki hal yang bisa merugikan ataupun menguntungkan usahanya. Ia hanya memikirkan grand opening usahanya bagus, banyak yang tertarik, dan ramai. Tapi satu hal yang perlu diingat, itu hanya pembuka saja. Yang seharusnya dipikirkan adalah apa yang akan dilakukannnya kedepan untuk para pelanggan yang datang sebelumnya ?

PMII yang notabennya merupakan sebuah organisasi kemahasiswaan dengan landasan Aswaja sebagai ideologinya juga demikan. Tidak perlu kita mengatakan tidak dengan kenyataan yang ada sekarang. Tidak perlu kita menutup-nutupi adanya upaya oknum di dalamnya untuk mengejar kuantitas mahasiswa yang bisa dikadernya tanpa peduli siapa mereka, bagaimana mereka, dan untuk apa mereka mau dikader bersama perisai kita.

Mengetahui tentang siapa yang dikader, bagaimana mereka hingga harus dikader, dan apa tujuan mereka sampai mereka mau dikader adalah sebuah keharusan yang wajib diketahui oleh para punggawa biru kuning. Mereka yang kita kader, yang rata-rata mahasiswa baru saat Mapaba pastinya memiliki tujuan dan alasan sendiri. Mereka juga berasal dari berbagai macam latar belakang.

Ada yang memang ingin benar-benar belajar dengan mahasiswa lain dalam lingkup PMII. Ada yang hanya sekedar ikut-ikutan. Dan ada yang abal-abal, sama halnya dengan pelanggan di atas. Berniat mencuri ilmunya untuk aksi di lain tempat. Latar belakangnya juga banyak. Ada yang memang pintar, ada yang idealis, ada yang sukanya ngikut tanpa peduli benar dan salah, ada pula yang ingin berproses sehingga benar-benar mengamalkan apa yang diajarkan dalam perisai PMII.

Hal inilah yang ingin saya kaji.

Berbicara tentang latar belakang kader atau lebih pas disebut sebagai kepribadian kader, ada yang dikatakan sebagai kader yang dibilang pintar juga tidak, dibilang tidak pintar juga tidak. Akan tetapi dia sangat menginginkan untuk benar-benar berproses dengan PMII. Ia ingin mengamalkan apa saja yang didapatkannya selama Kaderisasi. Entah itu Keislamannya, Aswajanya, maupun NDP.nya.

Kader yang seperti inilah yang begitu ingin membangun dirinya baik dan lebih baik lagi melalui prosesnya dengan PMII. Dalam hal apapun yang dia inginkan adalah bagaimana caranya ia mengamalkan ilmunya yang didasarkan pada ajaran Islam, Aswaja, dan PMII. Bagaimanapun caranya ia akan menunjukkan bahwa sebenarnya PMII itu seperti ‘ini’ bukan seperti ‘itu’. Dalam kondisi apapun ia ingin menunjukkan kepada yang lain baik saudara seorganisasinya maupun di luar organisasinya, bahwa dia memang ‘besar’ bukan karena PMII tapi prosesnya tidak bisa dilepaskan dari PMII. Bukan pula dengan dia menempuh jalan yang berseberangan dengan komitmennya hingga harus melakukan apapun supaya PMII dikatakan besar.

Dia hanya ingin melakukan hal yang memang sesuai dengan PMII sampai ia dikatakan besar bukan karena PMII tapi dengan PMII. Hingga pada titik tertentu orang lain akan mengakui bahwa PMII memang layak dikatakan sebagai organisasi bernaungan Islam yang benar dan besar. Itu adalah bentuk mencintai organisasi yang sebenarnya harus dimengerti oleh semua kader perisai ini.

Karena begitu idealis dan komitmennya, tidak jarang kader ini mendapatkan banyak teguran dari senior-senior yang berseberangan dengan komitmennya. Dalam lingkup PMII mau dibenarkan ataukah tidak, tapi kenyataannya memang benar bahwa ada beberapa kader yang melakukan segala hal untuk mencapai tujuan. Mereka yang demikian akan mengatakan bahwa tujuannya untuk kepentingan kader lainnya dan organisasi, namun sebenarnya tidak demikian.

Ambil kondisi ketika PMII dihadapkan pada sebuah masalah. Seorang kader yang melakukan tindakan pencurian misalkan. Nyata sudah semua bukti mengarah kepadanya. Bahkan kader inipun sudah mengakui kesalahannya kepada kader yang lainnya dalam lingkup PMII. Kondisi lain lagi ketika seorang pemuda yang ketika ditemukan oleh warga diketahui sebagai kader kita. Namun dia ditemukan dalam keadaan berdua dengan lawan jenis dalam sebuah kamar.

Entah bagaimanapun alasan yang mereka buat hingga mereka melakukan hal-hal demikian. Namun seharusnya, bagaimanapun alasan yang disodorkan, sebagai seorang kader PMII sudah seharusnya kita mengatakan salah jika memang itu salah.

Sudah seharusnya kita mengerti dan memahami ajaran Rasulullah SAW untuk senantiasa menegakkan kebenaran. Jangankan senior, saudara, ataupun sahabat, anakpun jika salah ya harus dikatakan salah bukan dibenarkan kesalahannya apapun alasannya.

Bagaimanapun artinya saudara itu bagi kita, tetap tidak dibenarkan sesungguhnya saat kita mengatakan bahwa dia tidak melakukan hal yang sebenarnya dilakukannya. Bagaimanapun dan apapun alasan yang kita gunakan untuk melindungi kader tersebut tetap tidak dibenarkan jika kita tidak mengungkapkan kebenaran yang ada. Saat kita mengatakan bahwa itu demi nama organisasi kita, maka saya katakan itu adalah salah besar.

Entah memang mereka ingin melindungi nama organisasi ataukah memiliki maksud tersendiri, jika kita membenarkan yang salah dan menyalahkan yang benar, maka itu adalah kesalahan yang besar. Jika kita memang ingin menunjukkan bahwa organisasi kita memang layak dikatakan sebagai organisasi yang benar dan besar dalam Islam maka lakukanlah sesuai dengan  tuntunan yang seharusnya. Mengatakan salah jika salah tanpa meninggalkan kader yang berbuat salah, artinya tetap mendampinginya hingga ia mampu kembali ke jalan yang benar, inilah yang seharusnya dilakukan jika kita mengatakan diri kita sebagai KADER PMII.

Ketika seorang kader menginginkan PMII melakukan hal yang demikian seperti yang sudah saya tulis sebelumnya, tidak jarang ia harus menghadapi sahabat/i di atas maupun seangkatannya yang tidak satu komitmen dengan dirinya. Mereka yang seharusnya kita sebut sebagai ‘oknum’ inilah yang akan merusak citra PMII itu sendiri. Alih-alih ingin melindungi nama organisasi namun pada akhirnya kebiasaaan yang salah ini akan menciderai PMII. Jika terus dilanjutkan dengan cara demikan, maka jangan pernah berharap PMII mencetak kader-kader militan sesuai dengan tuntunan Islam. Melainkan kader-kader karbitan yang tumbuh besar bukan karena belajar namun perlindungan yang tidak berpendidikan.

Di saat dimana seorang kader PMII yang memiliki keinginan untuk menujukkan bahwa PMII memang organisasi kemahasiswaan Islam yang benar dan besar, yang menginginkan PMII kembali kepada khittahnya kemudian dipaksa menutup mata, mulut, telinga, hingga dipaksa untuk tidak bergerak saat ia tahu itu salah, maka disaat itulah karakternya dibunuh oleh sahabat organisasinya sendiri.

Sebesar apapun keinginan untuk melindungi nama organisasi padahal kita tahu jalan yang digunakan itu salah kemudian membungkam ataupun memaksa orang yang ingin mengungkapkan kebenaran untuk bungkam, tanpa di sadari kita telah membodohkan kader PMII itu sendiri. Kenapa saya katakan dibodohkan ?
Orang dikatakan pintar saat ia mampu membedakan yang benar dan yang salah lalu memilih melakukan yang benar. Sedangkan di saat itu, bukan kita dituntun untuk melakukan yang benar, malah kita dipaksa melakukan kesalahan besar dengan membenarkan yang salah. Bukankah jelas dan nyata jika saya katakan itu adalah pembodohan ?
Sahabat-sahabati, para punggawa PMII, saya yakin semua yang ada di dalam perisai biru kuning ini adalah mereka yang memiliki hati, pikiran, dan kesadaran yang melebihi mahasiswa biasa. Maka mari gunakan secara bersama-sama otak kita untuk berpikir, hati kita untuk merasa, dan kesadaran kita untuk bertindak. Katakan jika itu salah jika memang salah walaupun menyakitkan. Karena itulah yang diajarkan kepada kita masyarakat Muslim sekaligus warga pergerakan.
Jika masih ada yang mengganjal di hati dan tetap ingin melakukan hal yang demikian nyata salah, maka tanyakan pada hati sahabat/i. Kenapa sahabat/i ingin dikader oleh PMII ? Apa tujuan sahabat/i ikut berproses di PMII ? Dan hasil seperti apa yang ingin didapatkan oleh sahabat/i sekalian setelah berproses di PMII ?
Karena hanya sekedar mengingatkan bahwa pada dasarnya PMII dibentuk bukan untuk tunggangan dalam hal apapun. Melainkan sebagai wadah untuk berpegang dan berproses dengan Islam Aswaja bagi kaum mahasiswa. Lantas, mana yang ada dipikiran sahabat/i sekalian ? Menjadikan PMII sebagai tunggangan untuk akhirnya menjadi kader karbitan ataukah menjadikan PMII sebagai wadah berproses dan berpegang dengan Islam Aswaja bagi mahasiswa untuk akhirnya menjadi kader militan ?
Nyoon saporanah,…

VIEN YARI 

Senin, 13 Maret 2017

MBAH HASYIM IDEOLOG SUNNI INDONESIA

Fakta jika mayoritas umat Islam di Indonesia adalah pengikut ajaran Sunni atau ahlussunnah wal jamaah (aswaja) tidak dapat dipungkiri. Keberhasilan itu tidak bisa dilepaskan dari peran Nahdlatul Ulama yang sedari awal berdiri meneguhkan diri sebagai pengamal dan pengawal ajaran ahlussunnah wal jamaah. Diakui ataupun tidak, inklusifitas ajaran Nahdhatul Ulama yang ditransformasikan dari nilai-nilai aswaja telah memberikan kontribusi besar terciptanya wajah moderat dan fleksible Islam di Indonesia

Bangsa Indonesia yang multikultur serta kaya akan ragam tradisi, tidak menghalangi Islam ala NU membumi. Mengacu pada teori Islam Kolaboratif Prof. Nur Syam, fleksibilitas doktrin sunni mampu berkolaborasi dengan tradisi-tradisi non Islami yang telah mapan tanpa menghilangkan nilai-nilai ajaran Islam yang bersifat absolut. 
Fenomena kenduri, tahlilan, perayaan maulid, peringatan tiga hari, tujuh hari serta seratus hari pasca kematian, adalah bukti bentuk metamorfosa nilai-nilai ajaran Islam dengan budaya masyarakat Indonesia pra Islam. Sehingga, keberadaan Islam dapat diterima menjadi agama mayoritas masyarakat Indonesia tanpa resistensi yang berarti.

Dalam kajian historis, Walisongo sangat berjasa menanamkan ajaran ahlussunnah di ranah Nusantara. Namun, NU sebagai organisasi sosial keagamaan memiliki andil yang signifikan dalam mempertahankan ajaran ideologi Sunni. Menjamurnya organisasi keagamaan yang mengusung purifikasi dan pembaruan Islam dalam dekade awal abad 20 secara sistemik dan masif melakukan penggerogotan. Di sinilah NU berperan aktif melakukan pendampingan serta pengawalan terhadap tradisi Sunni sebagai way of life mayoritas umat Islam Indonesia.

Satu hal pokok yang tidak boleh dilupakan bahwa wajah Sunni Nahdlatul Ulama sangat dipengaruhi oleh paradigma Aswaja Hadratus Syeikh Hasyim Asy’ari. Tidak berlebihan jika KH Hasyim Asy’ari ditahbiskan sebagai ideolog Sunni Indonesia. Penelitian terbaru tentang pemikiran tokoh pendiri organisasi sosial keagamaan terbesar di dunia ini, Dr Achmad Muhibbin Zuhri menemukan corak Sunni KH Hasyim Asy’ari sangat khas dan tidak sebangun persis dengan konstruksi Sunni era awal, meskipun dalam banyak hal tetap mencerminkan pola Sunni.

Sunni Partikular ala Mbah Hasyim
Ahlussunnah wal jamaah sebagai ideologi tidak dapat dilepaskan dari normatifitas ajaran yang telah digariskan pengagasnya. Namun, dalam tataran praksis, normatifitas ajaran ahlussunnahtersebut tidak bisa melepaskan diri dari proses dialektika dengan dinamika sosio religious yang mengelilingi. Jika entitas sunni era awal pembakuan sebagai counter ideologis terhadap Mu’tazilah dan Jabariah, serta counter politic terhadap syi’ah. Hal ini berbeda dalam konteks di mana Mbah Hasyim hidup.

Meskipun bangunan pemikiran Mbah Hasyim dipengaruhi oleh pemikiran ulama abad pertengahan dan klasik, namun dekade Mbah Hasyim identik dengan era pertarungan antara entitas Islam Tradisional yang diwakili oleh masyarakat pesantren dan mayoritas umat Islam Indonesia yang berhaluan sunni, berhadapan dengan entitas Islam puritan dan pembaharu yang dikelompokkan dalam Islam Modernis. Uniknya, kelompok Tradisionalis maupun Puritan-Modernis sama-sama mengaku sebagai entitas sunni dan secara geneologis bertemu pada simpul Ahmad bin Hanbal pendiri Madzhab Hanbali yang dikenal otoritasnya sebagai ahli hadist.

Konstruksi naratif pemikiran Mbah Hasyim dapat dipandang sebagai salah satu “counter discource” terhadap mainstream pemikiran modernis dan puritan. Yakni kelompok yang menolak secara tegas pola bermadzhab dan taqlid serta melarang bid’ah atau kreatifitas dalam ibadah yang secara eksplisit tidak terdapat acuan dalam nash Al-Qur’an maupun Al-Hadis. 

Pandangan Mbah Hasyim mengenai tawassul, istighatsah, syafa’at, kewalian, maulid, tarekat, dalam beberapa kitab karangannya merupakan wacana tanding pemikiran kelompok Islam Puritan yang dikembangkan oleh Muhammad bin Abdul Wahhab pendiri Aliran Wahhabi. Sedangkan isu-isu pembaruan yang dimunculkan oleh kalangan Modernis pengikut pemikiran Jamaluddin al-Afghani, Rasyid Ridha dan Muhammad Abduh, direspon oleh Mbah Hasyim dalam pembahasan seputar ijtihad, madzhab, taqlid, talfiq, sunnah dan bid’ah. 

Menurut Muhibbin, deskripsi pemikiran keagamaan Kiai Hasyim di atas berimplikasi teoritis terhadap konsep Sunnisme. Mbah Hasyim dapat diintrodusir sebagai “sunni partikular”, yaitu paham ahlussunnah wal jamaah yang telah berdialog dengan dinamika keagamaan di Indonesia, khususnya dialektika modernis-tradisionalis pada abad ke-20. (hal. 265)

Sebagai bagian dari komunitas Nahdliyin, penulis telah berhasil menggali dengan mendalam tentang konstruksi pemikiran KH. Hasyim Asy’ari. Tokoh pendiri Nahdlatul Ulama yang hingga saat ini menjadi ikon Islam subtantif dan moderat. Buku ini merupakan hasil disertasi yang diterbitkan, sehingga alur penulisannya sistematis dan analisanya mendalam. Oleh penulis, pembaca diajak mengarungi pemikiran ahlussunnah KH. Hasyim Asy’ari secara runtut dan detail. Mulai dari kajian embrio munculnya pemikiran Sunni, konsolidasi, pelembagaan ideologi sunni era abad pertengahan, hingga dialektika sunni dengan realitas sosio-religius yang melingkupinya dalam berbagai dekade.

Tidak kalah menarik, uraian tentang latar belakang intelektual yang membentuk paradigma Sunni KH Hasyim Asy’ari serta bagaimana pendiri Nahdlatul Ulama ini berusaha mendialektikakan mainstream sunni dengan realitas sosio-religious masyarakat Indonesia era awal abad 20. Sehingga, tampak jelas kepiawaian Mbah Hasyim dalam merumuskan doktrin-doktrin ahlussunnah dari nash Al-Qur’an dan Al-Hadis yang pada akhirnya memunculkan bentuk sunni yang khas Indonesia.

Studi dalam buku ini, selain dapat memberikan referensi bagi usaha-usaha reaktualisasi ideologi, juga berguna menambah khazanah keilmuan tentang Sunni Partikular, yaitu ekspresiahlussunnah wal jamaah pada dimensi ruang dan waktu tertentu. Selain itu, buku ini merupakan wujud usaha aktualisasi sekaligus kontekstualisasi ahlussunnah wal jamaah yang bercorak inklusif, moderat dan fleksible dalam bersinggungan dengan kesejarahan umat. Walhasil, apresiasi yang besar layak diberikan kepada penulis, sebab isi buku ini menambah kekayaan tafsir tentang ahlussunnah di saat gempuran ideologi “kaca mata kuda”  Islam puritan yang cenderung eksklusif menguncang kedamaian dan kesantunan dalam beragama dan keberagamaan. Wallahu a’lam....


KACAMATA

KACAMATA
Kacamata adalah sebuah benda yang tersusun dari kaca dan rangkaian besi atau plastik yang biasa disebut dengan frame yang memiliki fungsi tersendiri bagi yang memilikinya. Kacamata memiliki beragam varian, baik dari segi bentuk, warna, dan fungsi yang berbeda. Bentuk dan ukuran wajah yang tentu berbeda-beda dari setiap orangnya menjadikan daya tarik tersendiri untuk memilih model kacamata yang mereka inginkan agar tetap terlihat tampak menarik bagi mereka saat mereka memakainya. Maka dari itu, terbentuklah banyak model desain bentuk kacamata berdasarkan bentuk dan ukuran wajahnya seperti, kacamata yang khusus untuk wajah yang oval, lonjong , dan lainnya. Selain dari desain bentuk, pemilihan kacamata dapat disesuaikan dengan warna kulit si pemakai agar terlihat lebih perfect. Dilihat dari segi fungsi bagi pemakainya, kacamata bisa bersifat alat pembantu bagi yang memiliki minus atau hanya sekedar menjadi stailis atau gaya dari pemakainya.
            Dari penjabaran tentang banyaknya ulasan kaberagaman desain bentuk, warna , ataupun fungsinya menurut Rene’ Decurtes dari tokoh rasionalisme dalam bukunya Diskurs De La Metode. Ketika dimasukkan dalam skema metode kesangsian dualis, subtansi psikisnya adalah keragaman, kacamata sebagai substansi fisik atau diri. “Aku berpikir maka aku ada”. Rasio setiap manusia yang lahir pasti memiliki perbedaan dengan yang lainnya (fisik) dari sebab itu kacamata memiliki keragaman. Dari peryataan tersebut bias keragaman kacamata si pemakai atau pemiliknya adalah sebagai subjek saat ia memakainya, sekaligus objek dari keragaman kacamata itu sendiri. Mengapa bisa menjadi objek? Karena keragaman itu berasal dari subjeknya sendiri (kacamata menyesuaikan bentuk dan warnanya untuk pemiliknya). Dari teori rasio keragaman itu memang ada sejak adanya sipemakai.
Tokoh lain dari rasionalisme yaitu Spinoza dengan teorinya, bahwasannya subtansi adalah sesuatu yang hanya bisa diketahui dari dirinya sendiri melalui atribut dan modus. Pemikiran tentang kacamata ketika dimasukkan dalam skemanya, keragaman merupakan atribut dan kacamata merupakan modusnya. Atribut dan modus adalah manivestasi dari subtansi. Keragaman adalah bentuk dari pikiran(berpikir) adalah hasil dari bertanya dan menjawab. Menurut Leibnitz tentang monadologynya, monad adalah unsur satuan terkecil dari dari metafisika. Dalam skemanya , monad adalah kenyataan mental yang berisi persepsi dan hasrat.  Jadi, keragaman sebagai monad dan bertemu dengan kacamata sebagai monad. Monad-monad itu saling bertemu karena ada induk monad ataau disebut dengan monad purba. Monad keragaman berasal dari monad purba bentuk wajah (gen). monad kacamata berasal dari monal purba toko atau penjual kacamata. Dari rasionalisme dapat ditarik kesimpulan bahwa adanya keragaman itu memang sudah ada secara rasio dan logis. Maksud dari keragaman adalah kata lain dari perbedaan.
            Keragaman kacamata menurut cara pandang Empirisme yang berlandaskan pengetahuan dari pengalaman melaui indera. Tokoh Empirisme adalah John Locke, jadi adanya keragaman kacamata itu bukan karena lahiriyah (secara gen). namun adanya keragaman itu karena indera mengetahui secara tampak atau nyata. Indera telah membuktikan sendiri akan adanya prbedaan tsb. Rasio berasal dari indra yang telah mengetahui dari pengalaman tersebut. Tokoh lain dari Empiris yaitu David Hume yang meragukan adanya kesangsian dualis. Subtansi tidak ada hubungannya dengan atribut atau rasio dan modus. Adanya keragaman kacamata itu hanyalah pengakuan atau sebatas serial peristiwa. Empirisme meragukan rasio karena keragaman itu terbukti bukan dengan akal, melainkan dengan pengatahuan dari indera.
            Keragaman kacamata menurut madzhab kritis. Awal penelusuran bermula dari fakta yang bersifat nyata. Dialektika dimulai dari menelusuri corak berfikir. Imanuel kant adalah salah satu tokoh dari madzhab kritis dengan objek pengetahuan, keragaman adalah nonmateri dari nomena(tidak nampak) dan kacamata sebagai materi dari fenomena. Kritik rasio murni yaitu, objek pengetahuan adalah fenomena. Dimasukkan dalam skema, benda materi yaitu kacamata yang ditangkap oleh indera dan rasio murni bahwa keragaman hanya sebagai kabar pengetahuan. Indera mendapatkan sensasi motorik lalu mendapatkan data empiric tentang keragaman.lalu data empiric dan kabar pengetahuan diproses bersama menjadi ide pengetahuan. Ide pengetahuan bisa diketahui dari kuantitas, kualitas, rasio ataupun modalitas dari objeknya. Jadi, yang membuat keragaman itu dari sensasi, karena ketika dilihat dari objeknya sama yaitu kacamata. Kacamata menjadi beragamkarena memiliki sensasi tersendiri bagi pemakainya. Kritik rasio praktis yaitu manusia memiliki diri empirih dan sifat apriori. Diri empirih yaitu hasrat dan nafsu (menggunakan kacamata). Sifat apriori adalah kecanduan untuk berpikir.dari hasrat dan nafsu bersamaan dengan tindak-tunduk causalitas, tindakan causalitas menjadikan pertimbangan dan penghargaan lalu menjadi hukum mora. Hasrat nafsu memakai kacamata itu bukan karena sakit. Jadi hukum moralnya adalah memakai kacamata itu belum tentu karena sakit, melainkan sebab lain tertentu. H. marcause dengan bukunya One Demonsional Man  menelusuri wujud cara berpikir positivistic. Adanya keragaman budaya itu karena metode ilmiah dan iptek yang terus berkembang. Madzhab kritis yaitu Hubermes tentang penawaran positivism dari pengrtahuan ilmiah dengan cirri ilmu modern menjadi tendensi ideology ( kecenderungan) yang terdiri dari ilmiah dan social. Social berisi ilmu ilmiah dan iptek


FILOSOFI KERTAS

FILOSOFI KERTAS
Sejatinya sebuah kertas memiliki warna putih bersih, tidak terdapat setitik goresan pun yang dapat kita temukan di setiap bagian tubuhnya. Oleh karena itu, di saat sebuah goresan tinta bersemanyam pada dirinya, saat itulah awal kertas memiliki warna berbeda pada dirinya dan menjadi awal sebuah perjalanan yang akan mengantarkannya menjadi kertas yang memiliki arti dan kelak akan membuatnya berharga di akhir eksistensinya.
Goresan-goresan tinta yang ada pada dirinya akan membuatnya berbeda dengan yang lain. Perbedaan itu akan menjadi indah jika dia menggoreskan tinta itu dengan tulisan yang indah sehingga akan membuatnya bahagia, karena dirinya akan tetap terjaga. Akan tetapi saat goresan itu adalah sebuah tulisan yang buruk, dia akan menagis oleh sapuan penghapus bahkan remasan yang akan mengantarkanya terhadapa tempat sampah yang akan menjadi akhir eksistensinya. Sedih, kecewa, berteriak tidak terima akan apa yang dia alami tidak akan pernah merubah nasibnya yang sudah terlupakan oleh waktu, menjadi sebuah sampah yang tidak di ingat oleh pembuatnya.
Sebuah kertas tidak hanya bisa rusak oleh goresan yang dia terima. Dia bisa rusak oleh air, minyak dan banyak faktor lain yang membuatnya tampak tak berharga. Ketika dia terkena air maka dia akan mudah hancur dengan sendirinya, ketika dia terkena minyak dia akan membuat goresan tinta di dalamnya mengabur yang akan membuatnya tidak menarik lagi.
Kertas kosong tanpa adanya goresan tinta di dalamnya ibarat kita yang baru lahir kedunia, tanpa adanya baju, kepintaran dan segala goresan yang ada di dunia. Kelahiran itu adalah awal perjalanan hidup kita ibarat kertas yang akan terisi goresan di setiap bagian tubuhnya. Oleh karena itu jadikan kertas itu menarik dengan kata-kata indah di dalamnya.
Di setiap detik, menit, dan jam apapun yang akan kita lakukan akan tercatat tanpa adanya perubahan di setiap goresannya. Oleh kerna itu, perawatan pada kertas di butuhkan. Agar kertas putih itu tetap terjaga, kita haruslah merawatnya dengan perbuatan yang baik, Pada saat kertas sobek, jangan biarkan sobekan itu menghentikan goresan tinta kita, sebab kertas sobek itu masih bisa di gunakan dengan cara mengelem kembali sobekan-sobekan tersebut, meskipun bekas sobekan itu akan tertinggal selamanya. Kertas sobek itu ibarat kita yang berada di dalam kesulitan, di mana kita menyerah akan ke sulitan itu, jika kita tidak berani menghadapinya maka akan menjadi sobekan kertas yang akan terbuang, sebalinya jika kita berani menghadapinya maka sobekan itu akan bersatu kembali. Seorang filsuf terkenal Aristoteles mengatakan “Anda tidak akan pernah melakukan segalanya di dunia ini tanpa adanya adanya keberanian. Itu adalah kualitas terbesar dari pemikiran setelah kehormatan”.
dengan cara menjauhi segala apa yang telah di larang oleh-Nya. Goresan tinta yang ada pada kertas akan sulit terhapus, jika pun bisa dia akan kusam bahkan bolong akibat sapuan penghapus.
Kita tidak pernah menyadari betapa berharganya hidup kita ini, kita sia-siakan waktu yang telah di berikan oleh-Nya dengan melakukan sesuatu yang tidak berguna bahkan tidak mengandung arti yang penting. Pernahkah kita berfikir hidup ini memiliki akhir di mana ketika akhir itu datang penyesalan akan muncul dan mengatakan “sudah terlambat”.Seperti halnya kertas yang memiliki batas akhir dimana goresan-goresan tinta tidak bisa di tampung lagi olehnya. Kita tidak akan tau kapan batas akhir (kematian) itu akan datang menghampiri. Pada saat batas kertas itu sudah di depan mata maka penyesalan akan mnggrogoti hati kita, betapa bodohnya kita saat menyadari goresan tinta kita tidak ada yang berarti. Karena hal itulah, sebelum penyesalan itu datang, lihatlah kembali goresan kita sebelumnya, meski sulit terhapus dengan usaha keras, tanpa memikirkan akan bekas yang menghampiri kesempatan selalu ada untuk memperbaiki goresan- goresan itu.
Air dan minyak yang dapat merusak kertas ibarat kesulitan yang akan menghampiri kehidupan kita, dimana kita tidak tau kapan kesulitan itu akan menerjang kehidupan kita. Tidak ada kesulitan yang tidak bisa kita atasi karena sesungguhnya dzat-Nya akan membirikan sebuah ujian atau kesulitan sesuai dengan kemampuan kita. Mengutif  kata dari seorang tokoh terkenal Douglas jerrold “kesulitan itu ibarat seorang bayi. Hanya bisa berkembang dengan cara merawatnya”. Dari kutipan kata tersebut kita dapat mengartikan, jika kita biarkan kesulitan itu di terbengkalai, di ratapi tanpa adanya tindakan yang di lakukan, kita tidak akan bisa mengatasinya, sebaliknya jika kita bisa melewatinya maka isi kertas kita akan semakin indah dari sebelumnya.
   Pada hakekatnya sebuah kertas memiliki sebuah tujuan yang mulia. Kertas di buat untuk menampung tulisan yang berisi ilmu pengetahuan dan segala hal yang di anggap berharga oleh penulisnya. Seperti halnya hidup kita yang memiliki tujuan. Kita hidup tidak lepas dari pertolongan dan ridho yang telah di berikan oleh-Nya. Akan tetapi kenapa kita seakan lupa tujuan hidup kita sebenarnya, kita lakukan apa yang di larang oleh-Nya tanpa adanya sedikit keraguan yang hinggap di hati nurani kita, seakan kita hidup tanpa pertolongan dari-Nya. Tidak ada kata terlambat memohon ampun dari-Nya, karena dialah sang pemaaf sesungguhnya.
Ada saat dimana kita merasa bahwa tinta yang tergores pada kertas kita bukanlah goresan tinta yang indah, kita takut menerima kritik dari orang lain dimana kertasnya lebih indah dari milik kita. Kita tidak sadar bahwa kita telah meragukan diri-Nya, yang menjadi cikal-bakal kusamnya kertas kita. Mata kita buta akan kebenaran sesungguhnya yang telah terpang-pang jelas di depan mata kita, tidaklah sulit untuk mendapat kebenaran itu jika kita menyakini-Nya.
Seorang filsuf Jerman Arthur Schopenhauer mengatakan “ Semua kebenaran di dunia ini haruslah melewati tiga langkah. Pertama di tertawakan, kedua di tentang dengan kasar, dan ketiga diterima tanpa pembuktian dan alasan”. Kenapa kita harus ragu akan keberadaan-Nya dengan bukti-bukti yang telah dzat-Nya perlihatkan kepada kita. Kita harusnya berkaca ke pada seorang Hypatia, seorang filsuf di abat pertengahan yang rela mati demi mempertahankan keyakinannya. Kita harus bisa rela mati untuk mempertahankan kertas putih yang berisi goresan tinta indah untuk tunduk terhadapap-Nya.
Sebagai manusia yang hidup akan ridho-Nya yang bertujuan untuk selalu bersujud dan bersyukur terhadap dzat-Nya, untuk menjauhi segala larangan dan mengabaikan perkataan orang-orang  yang akan membuat kita ingkar dan menuju ke jalan yang menyesatkan. Sesungguhnya ridho-Nya adalah goresan tinta terindah yang ada pada kertas kita, maaf-Nya adalah lem terkuat yang menyatukan robekan kertas kita.



PERBUDAKAN MANUSIA OLEH WAKTU

PERBUDAKAN MANUSIA OLEH WAKTU
Duniahanyalahsemubelaka yang nantinyaakanberujungpadaakhirdarisebuahkehidupan. Kehidupanituakanberakhirjikasudahpadawaktu yang ditentukanolehTuhan SWT. Berbicarawaktu, pernahkahkitaberpikirdefinisidariwaktu? Jikamempertanyakanpadaanakkecilmungkinmerekahanyaakanmenjawabperputarandanpegerakanjarum jam. Namunjika di pertanyakanpadaahlifisikamungkinjawaban yang hampirsamatapiberbedaadalahperputaranbumi yang nantinyaakanterjadisiangdanmalamsehinggaitubisa di sebutwaktu. Dalampermasalahantentangdefinisitadisamahalnyadengankitamenanyakandefinisiberpikir. Dalamteorifilsafat, berpikirtidakdapat di definisikan, hanyasajakitabisamengetahuiciri-cirinyasaja. Ciri-ciridariberpikiritusendiriadalahbertanyadanmenjawab. Namununtukmejabarkandefinisnyamasihsulitdanmembuatkitabingungsenidrikarenaakalkitauntukmemikirkannyabelumsampaipadadefinisiitusendiri. Nah, mengenaidefinisiwaktumenurutsayasangatlahsulituntukmenjabarkannyajuga.
Kesimpulan yang dapatdiambilolehkitamelaluisalahsatucontoh di atasadalahdefinisiwaktudanberfikirhampirsama. DalamKamusBesarBahasa Indonesia definisiwaktuadalahseluruhrangkaiansaatkita proses, perbuatan, ataukeadaanberadadanberlangsung. Akan tetapi, jikakitatelaahlagiitubukanlahdefinisimelainkanciridariwaktuitusendiri. Setelahkita tau apawaktuitu, apakahpernah kalian berpikirbahwawaktusangatlahpentingbagimanusia? Ya, tentusajawaktupentinguntukmanusia, karenawaktutakkanpernahkembali, dalamartianwaktuakanterusberjalanselamanafasmanusiamasihberhembus. Seperti yang sayakatakan di atasselamakehidupanmasihadamakaselamaitu pula waktuakanberjalan. Betapabanyakmanusia yang mengatakan “Hargailahwaktu” dandisisilain  banyak yang mengatakanjangan “Korupsiwaktu”. Sebenarnyaartidarikeduakalimatituhampirsamanamunefek yang di timbulkanberbeda. Menghargaiwaktumemilikiartimenggunakanwaktuuntukhal-hal yang positifdanlebihbermanfaat, sedangkandisisi lain Korupsiwaktuadalahmenggunakanwaktuuntukhal-hal yang tidakbermanfaatdanbahkantidakbegitupentinguntukdilakukan.
Dalamhal di atas, manusiasadarakanapa yang merekalakukanbaikituburukatautidak. Akan tetapi, mengapamasihbanyak yang melakukanhalburukitusepertihalnyakorupsiwaktu. Kesadaran yang sepertiitumerupakan “KesadaranPalsu” yang artinyasadarbahwaitusalahakantetapitetapdilakukan. Apakahmanusiadiberpudakolehwaktuatauwaktu yang diperbudakolehmanusia? Ketikaada 2 pertanyaan yang menyangkutpautkanmasalahwaktusepertiini, apakah yang manusiaakanlakukandanjawabansepertiapa yang akanmereka katakana. Intinyabanyakmanusiabingunguntukmenjawabhalitu. Namun, sebenarnyakeduanyabisaterjadidalamdirimanusiaakantetapimelihat data empirisnyasifatmanusialebihcondongpadaperbudakanmanusiaolehwaktu. Contohkecilketikakitamengubah alarm di hpkita, kitaakanterfokuspada alarm itudanjikasudahwaktunyamakakitaakanmelakukanapaygkitakanlakukan. Intinyadalamperistiwainikitabergantungpadawaktu.
Banyakmanusia yang menganggapsepeledanmenjadikanpermasalahanitusebagaikebiasaanmereka, padahal yang sepertiituakanmembuatmanusiaitusendirilebihtidakmenghargaiwaktu. Mungkinpernahsesekalikitamendengarketikaseorangpelajar yang berkata “Aaahhmasihpukulsegitu, kerjainnantiaja dah!”. Nah, denganadanyacontohkongkritsepertiituapakahmasih di sebutmanusia yang mempengaruhiwaktu? Tidak guys, manusialah yang diperbudakolehwaktuitusendiri. Kenapademikian? Manusia yang bergantungpadawaktuakanlalaiuntukmngerjakanpekerjaannyabahkanmenunda-nundauntukmenyelesaikannya. Dan padadasarnyakebiasaan yang sudahmendarahdagingitusulituntukdihilangkan, perluadanyaperubahan yang datangdalamdirimanusiasehinggakebiasaanbaruakantimbuldalamdirinya. Karenakesadarandirimanusiaitusangatrentandiabaikandanbahkanmasabodohakanhalitu. Sehinggadampak yang ditimbulkansangatbesardanberpengaruhpadakondisimanusianya. Pengaruhnyaituadalahkadangmanusiaakanlebihterfokuspadawaktu, sehinggamanusiaakanmenuhankanwaktu. Dimana-mana yang dibicarakanwaktu, makaakanmembudaya yang nantinyaakanturuntemurunpadaanakcucumanusiaitusendiri. Apa yang perludiubahdanperludiperbaiki? Gampang di katakana tapisulitdilaksanakanitulahkebiasaanmanusia, perubahanataurevolusidaridalamdirimanusianyaduludalamhalmenghargaiwaktudanmembagiwaktusebaikmungkin agar budayaataukebiasaan yang menghambur-hamburkanwaktulebih diminimalisirdantidakbergantungpadawaktu. Sehinggatidakmudahwaktumempengaruhimanusia. Dimulaidarirevolusiterkecildankemudianakanberdampakpada yang besar yang nantinyaberimbasbaikpadakehidupanmanusia.
@Veronika_

ThankiyuuuJ

FILOSOFI DONAT

FILOSOFI DONAT

            Hidup tanpa sensasi tidak mungkin mempesona, begitupun hidup tanpa ujian tidak akan bernilai. Yang sederhana inilah jarang kita pikirkan. Meski kecil tapi sederhana yang jarang dipikirkan yang juga memiliki kesempurnaan estetika di baliknya. Itulah hidup ala Donat. Ketika saya mulai memikirkannya, entah apa dan kenapa pikiran saya langsung tertuju pada kue kesukaan, Donat. Kita dapat banyak belajar hidup dan kehidupan di dalamnya pada Donat.
            Dia berbentuk bulat dengan lubang di tengahnya, rasanya manis dan ada banyak macam toping di atasnya yang disesuaikan dengan selera peminat. Kalau dapat saya katakan, dia mampu mengalihkan duniaku, bahwa aku terpesona dengan pesonanya yang bersensasi beda di luar esensinya meski dengan bentuk yang sederhana.
            Dia terbuat dari tepung sebagai bahan dasar yang dicampuri dengan pelbagai kehidupan. Kehidupan semu, kesadaran semu adalah campurannya yang dapat merubah pelbagai campuran itu menjadi Donat. Donat semu yang akan hilang ditelan oleh mulut-mulut serakah dan kelaparan.
            Mari kita bayangkan sejenak, karena imajinasi sangat penting dari pada pengetahuan menurut Albert Einstein. Tepung yang dibentuk bulat adalah kehidupan yang terus berputar tanpa putus layaknya roda. Sejauh mana kita pergi dari tempat asal, ujung-ujungnya pasti kembali ke tempat asal tidak seperti kehidupan kacang yang lupa pada kulitnya. Kita adalah ciptaan, oleh karenanya kita akan kembali pada sang Pencipta. Tidak hanya itu, bentuk Donat yang bulat bisa saja diartikan bahwa hidup itu bersosial. Kita seperti partikel kecil yang menyatu dalam kehidupan, oleh karena itu,kita harus berhati-hati karena ada lubang yang siap menelan.
            Terus bagaimana dengan lubnag di tengahnya donat? Ada apa di situ? Lubang itu adalah jurang kehidupan yang dapat kita hindari jikatidak berhati-hati. Lubang itu sengaja dibuat supaya donat ketika digoreng cepat matangnya. Berhati-hatilah dalam bertindak agar tidak jatuh ke dalamnya, juga tetap jagalah interaksi sosial kita agar tidak terpengaruh olehnya.
            Lalu bagaimana nasib kehidupan topping? Dialah pemilik estetika dan nilai yang sempurna. Dia mampu menarik pesona semua orang pada pesonanya yang bermacam-macam dan berwarna-warni. Warna-warni itulah ujian dalam kehidupan. Dia memiliki sensasi tinggi tetapi dalam sekali gigitan, esensinya sama. Makan donat. Dan nilai kesempurnaan itu pula yang selalu mempertahankan pesona dari sensasinya.
            Hanya donat bermacam yang dijual di pasaran maupun di toko-toko. Tentu harga donat akan berbeda dengan yang dijual di toko dan di pasar. Donat akan lebih bernilai dan berharga ketika dijual di toko. Karena dia ditempatkan di tempat yang istimewa, kerajaan donat. Dia seperti putri yang diperoleh dengan bandrol harga mahal. Sedangkan donat yang dijual di pasar memiliki keistimewaan rendah. Dia disentuh, ditimang dan dicicipi dengan seenaknya dengan bandrol harga murah. Itulah penggambaran dari hidup, bahwa hidup yang mapan dan nyaman harus dibayar dengan harga mahal. Entah itu pengorbanan waktu maupun penyerahan seluruh kemampuan yang kita punya.semakin berharga donat itu, semakin berkualitas pula donat itu.
            Proses pembuatan donat itu dapat saya katakan cukup sulit bagi yang sudah ahli dan sangat sulit bagi yang belum ahli. Mengapa? Karena pembuatannya membutuhkan waktu yang lama untuk menjadi donat yang sempurna. Itu adalah ujian terberat dalam hidup kita. Ternyata tidak hanya menentukan pilihan yang terasa berat tetapi mempertahankan komitmen untuk terus berproses jauh lebih berat dalam kehidupan. Socrates berkata bahwa hidup tanpa ujian itu tidak akan pernan berharga. Nikmatilah sebuah perjuangan.
            Ada yang terlupakan bahwa donat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kata benda, kue yang dibuat dari tepung terigu, mentega, gula dan sebagainya, berbentuk bundaran yang berlubang di tengahnya. Tidak akan pernah dikatakan donat jika tidak ada lubang ditengahnya, karena lubang itulah pembeda dari kue lainnya.
            Kalau kita mengaca pada para filsuf  barat yang telah mengemukakan berbagai teorinya, donat masih ada sangkut pautnya. Kita mulai dari plato. Dalam teorinya bahwa ide adalah pantulan dari sebuah realitas semu. Karena idelah yang bersifat lahiriah. “All donuts share in ideal””donuts ness”, penggambaran teori Plato. Karena donat memiliki estetika maka menurut plato, estetika atau sensasi yang dibuat adalah seni yang imitasi dari kenyataan dari idea. Seni tidak lebih tinggi jika dipandang dari hubungannya dari realitas. Seni dapat diandalkan sebagai sumber pengetahuan realitas.
            Pandangan Aritoteles, murid Plato, bahwa nilai estetika dari suatu bentuk dapat dihasilkan dari analisa otak  mengenai teorinya. teori Aristoteles berbeda dari Plato. Realtiaslah dari sebuah bentuk yang ideal, materi tidak akan eksis tanpa bentuk. “ a donuts contains a donuts ness”.
            Sedangkan menurut Socrates bahwa manusia ada untuk tujuan. Sama seperti donat yang sengaja dibuat, tidak lain hanya untuk dimakan esensinya dan menikmati sensasinya. Salah ataupun benar memainkan peranan penting dalam mendefinisikan hubungan seseorang dengan lingkungan dan sesamanya. Socrates percaya bahwa manusia pada dasarnya adalah jujur,sedangkan kejahatan yang meliputinya adalah dampak dari salah pengarahan yang membebani salah seseorang.
            “everybody deserver for donuts”, menurut Karl Marx. Dia adalah orang miskin yang tidak punya dunia yang mampu bertahan hidup dengan cita-citaRevolusinya. Proses yang mau menhilangkan hak milik dapat dikatakan luar biasa, meski pada akhirnya teorinya gagal dan hanya tinggal teori. Mungkin dia tidak terima dengan para kapitalis yang dengan seenaknya mengendalikan para buruh. Para kapitalis menganggap bahwa nilai adalah penguat mereka. Oleh karenya, sensasi dari donat tetap dipertahakan sehingga banyak sekali yang terus mengembangkan sensasi itu.
            Menurut Nietzsche, “stop at nothing to get your donuts”,dialah filsuf penutup dari Filsafat barat. Dia mengemukakan bahwa “re-evolusi” semua yang ada dalam kehidupan hanyalah pengulangan dari sebelumnya. Dia dikenal dengan pembawa palu, dia mengatakan “sudahlah...semua yang ada di kehidupan hanyalah penyakit”.banyak orang yang bilang dia adalah filsuf gila.
            Menurut kant, “a ‘donut’ = my total experience of donuts”.  Dia mengatakan bahwa subjek mampu menerima sensalibilitas melalui indrawi dan juga subjek dapat membentuk konsep secara rasionalisme sehingga keduanya dapat merujuk pada sintesa. Donat adalah fenomena yang berbentuk benda atau materi. Donat dalam nomena adalah bukan materi tetapi das ding ansih, kenyataan yang nyata senyata-nyatanya. Dalam kritik rasio murni menurut kant donat adalah objek pengetahuan fenomena yang berbentuk benda yang dapat dirasakan indrawi atau rasio. Menurut indrawi, donat dapat dirasakan sensasi motoriknya menjadi kenyataan empirik. Sedangkan menurut rasio murni donat adalah kabar pengetahuan yang diproses sehingga menghasilkan data empirik yang dapat di nilai dari kualitas donat, kualitas donat, relasi donat dengan toppingnya dan campurannya dan modalitas dari donat itu snediri.
Dalam teori John Locke, dia mengkritisi pendapat Rene Descartes. Dia mengatakan bahwa manusia hanya dapat melihat ide dengan terpotong-potong, yaitu sedikit tahu tentang banyak hal. Maka,”donuts taste good to me”.
             Rene descartes menyatakan, hidup adalah kesangsian dari ketersangsian jadi, “a donut’s holes proves the existence of the donut”.

Itulah beberapa pendangan filsuf mengenai donat. Donta benda mati tapi bersensasi sempurna dan beresensi sederhana. Donat tidak akan dikatakan donat jika tidak ada lubang di tengahnya karena itulah pemedadari kue lainnya.

Oleh: Rila Safitri

TERGESERNYA POSISI TUHAN DI ERA MODERN

TERGESERNYA POSISI TUHAN DI ERA MODERN
            Berbicara tentang Era Modern, pikiran kita membayangkan perubahan-perubahan isi alam mulai dari hal yang terkecil sampai hal yang terbesar. Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia Modern adalah terbaru. Manusia mengubah sebagian atau hampir seluruh isi dari alam, yang awalnya bumi ditumbuhi oleh pohon-pohon yang besar nan rindang dirobohkan dan diganti dengan bangunan-bangunan. Manusia juga menciptakan hal-hal baru yang menurutnya menakjubkan, tidak jarang pada zaman klasik hingga pada zaman Modern, para Filsuf berpendapat bahwa ide yang dimiliki manusia adalah Tuhan, seperti yang dijelaskan ST. Agustinus. Dia berpendapat bahwa ide adalah Tuhan, atau disebut juga menuhankan ide. Pada artikel ini saya akan menjelaskan apa saja sebab-sebab tergesernya posisi Tuhan pada diri manusia. Ciri-ciri modernisasi bisa ditandai dengan kemajuan, salah satunya adalah kemajuan di bidang IPTEK, bidang material atau disebut juga kebendaan yang dipakai oleh manusia.
            Alat elektronik adalah salah satu dampak dari adanya modernisasi. Jika kita bertanya tentang sejenis alat elektronik kepada orang baik itu tua dan muda. Mereka akan menjawab sejenis alat elektronik seperti handphone, laptop, robot dan benda elektronik selainnya yang kita tidak dapat sebut satu persatu. Memudahkan manusia untuk melakukan aktivitas sehari-hari .Dengan kemajuan ini diharapkan manusia menggunakan dengan sebagaimana semestinya seperti hal nya handphone.
            Handphone, adalah salah satu jenis barang yang sudah tidak asing lagi bagi kita, semua nya baik itu perempuan atau laki-laki, tua atau muda pasti tahu apa itu handphone. Menurut kamus besar bahasa indonesia handphone memiliki arti percakapan antara dua orang yang berjauhan disampaikan dengan pesawat telepon. Dengan menggunakan alat ini kita dapat berhubungan atau berkomunikasi dengan orang yang jauh baik itu di luar negeri ataupun di dalam negeri. Juga, sebagai alat untuk mendapatkan informasi secara cepat. Masih banyak lagi manfaat handphone bagi kehidupan manusia. Dikarnakan banyak nya manfaat dari handphone ini sendiri mengakibatkan banyak atau sebagian orang yang merasa ketergantungan akan alat itu. Tapi, handphone juga memiliki sisi negative juga, banyak sekali sisi negative dari handphone itu sendiri salah satunya adalah menjauhkan sesuatu yang dekat, entah itu disadari oleh manusia sendiri atau tidak. Sejatinya kita mengetahui dan menyadari tapi semua itu hanyalah kesadaran palsu belaka.
            Lagi, dampak dari Handphone yang saya kira sudah di luar batas, entah mereka menyadari atau tidak, yakni semacam menyamakan benda itu dengan Tuhan. Mengapa saya berkata seperti ini ? begitu banyak saya temui mereka yang menggunakan alat ini akan merasa takut, khawatir dan sedih  jikalau mereka jauh dengan nya. Seperti contoh sederhana saja, ketika seseorang bangun dari tidur hal pertama kali yang mereka ingat adalah handphone langsung dia mencari apa yang sudah pertama kali dia ingat. Seakan-akan mereka tidak bisa jauh dari alat tersebut, pabila  jauh mereka merasa kekhawatiran yang amat sangat. Jadi sudah jelas dengan kejadian ini mereka lebih mengingat handphone mereka dari pada mengingat Tuhan nya. Disinilah mulai terasa pergerseran posisi Tuhan pada diri mereka. Menurut anda apakah ini bukan sesuatu yang berlebihan ? berfikirlah dengan kritis dulu sebelum menjawab nya.
            Menuhankan benda mati di era sekarang ini sudah biasa dilakukan entah mereka sadar atau tidak akan hal itu. Merasakan ketakutan dan kekhawatiran ketika mereka jauh dari benda tersebut, perasaan yang mereka alami seperti ini apakah  sama dengan perasaan mereka rasakan ketika mereka jauh dari Tuhan nya ? jika sama, mereka menganggap bahwa benda mati itu sama posisi nya dengan Tuhan mereka maka ini yang dikatakan menuhankan benda mati. Kadang pula ada seseorang yang merasa baik-baik saja, tidak merasakan kekhawatiran sedikitpun meski sejatinya mereka telah menggeserkan posisi atau nilai Tuhan sendiri dengan sesuatu hal yang mati di hati mereka. Kemanapun dan kapanpun mereka pergi akan selalu membawa benda tersebut, mereka menganggap bahwa dengan membawa nya tidak akan merasakan kekhawatiran lagi.

            Sudah cukup jelas sekali dari pemaparan di atas, faktor tergesernya posisi Tuhan bukan hanya dari dalam diri manusia sendiri akan tetapi faktor dari luarpun bisa menggeserkan nilai Tuhan pada diri manusia. Alat elektronik khususnya handphone yang hanya benda mati tapi bisa menggeserkan nilai Tuhan di hati penggunanya, lebih di utamakan dan lebih dihargai. Dengan artikel ini semoga para pembaca baik mereka yang tidak sadar atau mereka yang hanya kesadaran palsu dapat mengfungsikan handphone sebagaimana semestinya, tidak berlebihan.

SEMUT

SEMUT
            Pernahkah kita menyadari bahwa hidup kita selalu berdampingan dengan kehidupan-kehidupan yang lain? Yah...hidup ini memang tidak pernah lepas dengan yang namanya “Interaksi Sosial”. Interaksi Sosial merupakan proses setiap individu menjalin kontak dan berkomunikasi dan saling memengaruhi dalam pikiran maupun tindakan. Kontak sosial dan komunikasi, dua hal tersebut tidak bisa dipisahkan ketika kita sedang melakukan interaksi sosial. Interaksi sosial sebagai pondasi dengan didasarkan pada norma dan nilai sosial yang berlaku dan diterapkan dalam masyarakat. Jika tidak adanya kesadaran diri masing-masing individu maka proses sosial dikatakan tidak berjalan dengan baik.
            Pernahkah kita membayangkan bagaimana kehidupan seekor semut? Iya semut, serangga kecil yang biasa kita temui di sekeliling kita. Pernah melihat semut-semut sedang berada dalam satu barisan? Kita bisa melihat semut-semut tersebut tidak akan mendahului satu sama lain dan jika ada semut didepannya berlawanan arah maka mereka saling bertabrakan. Jika dikaitkan dengan teori dari ’’ Immanuel Kant ’’ ahli filsafat abad modern, kejadian demikian bisa kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Yakni dalam berinteraksi sosial kita harus saling respect satu sama lain. Artinya kita harus sadar diri akan kontak sosial dan komunikasi tersebut. Respeck dalam artian tidak serta menerima dan tidak serta menolak. Kenapa demikian ? karena akar dari pengetian kritis yang tidak pernah kita ketahui adalah demikian.
Hari ini kita lebih sering mendengar kata kritis seakan di konotasikan kepada meraka yang selalu melawan, mereka yang selalu mengkritik dan mereka selalu tak terima dengan apa yang ada, mereka langsung saja menjust bahwa itu salah, dan seperti inilah yang benar. Tapi apakah semut pernah demikian kepada teman  nya ? saya kira tidak. Karena semut juga belajar apa itu menolak dan apa itu menerima. Dan hidup mereka pun tidak untuk menyalahkan orang lain.
Semut juga menerapkan teori “ Karl Marx” dimana koloni semut terdiri dari seorang pemimpin (ratu) dan pekerja. seekor semut pekerja bisa seharian mencari makanan untuk memenuhi kebutuhannya. semut pekerja juga saling bahu membahu membawa makanan yang ukurannya lebih besar dari mereka.

            Jika ditarik kesimpulan dari kehidupan semut, kita harus mencontoh keteladanan mereka. Baik dari segi etos kerjanya, ketekunan dalam menghadapi rintangan, kepekaan terhadap sekitarnya serta kebersamaan hidup dalam koloninya. Ini adalah hal baik bukan saja bagi pengentasan kemiskinan, tetapi juga dalam relasi dan budaya gotong royong yang mulai lenyap ditelan sikap individualis yang merambah dengan pesat.

Rabu, 18 Januari 2017

PERSONAL BRAND KADER PMII


Di awal masuk kuliah, bukan hal baru lagi jika banyak organisasi yang berlomba-lomba untuk mengkader anggota baru. Bahkan organisasi tercinta ini juga melakukan hal yang sama. Namun mirisnya, apa yang dilakukan oleh para anggota bukanlah sekedar memperkenalkan organisasi tersebut kepada maba. Tetapi lebih seperti mereka menjual organisasi mereka dengan dalih demi mendapatkan anggota baru.
Terlepas dari itu semua, memang banyak anggota baru yang direkrut. Namun yang didapatkan hanyalah kuantitas. Bukanlah kualitas. Buktinya loyalitas dari mereka yang dikader dengan cara demikian masih dipertanyakan saat mereka memutuskan untuk ‘hengkang’ dari PMII. Keanggotan mereka yang ikut tanpa niat dari hati hanya menjadikan PMII sebagai pembenar dan alat menyombongkan diri, bahwa ‘ini lo saya, seorang aktivis sejati !’ Hal seperti ini juga terjadi di masanya saya saat menjadi maba.
Tetapi anehnya, tidak ada satu suara seniorpun mengenai PMII yang masuk dan mencoba mendoktrin saya saat itu. Malah saya yang pontang-panting mencari mereka saat mendapatkan kabar bahwa anak-anak PMII akan berkumpul malam itu. Namun belum bertemu dengan senior PMII satu pun, saya malah dipertemukan dengan seorang senior yang mana setelah saya resmi menjadi anggota PMII, saya baru tahu bahwa dia adalah salah satu senior dari sebelah. Sempat saat itu saya didoktrin. Jika harus mengingat bagaimana saya tanpa dampingan senior manapun harus menghadapi Mas ‘L’ dengan kemampuan berbicara saya yang masih jauh dibawahanya, saya pasti tertawa.
Namun, karena saya dari awal sudah menetapkan pilihan untuk berproses dengan pergerakan ini, bagaimanapun doktrin dan iming-imingan yang diberikan, saya tidak terpengaruh. Saya iyakan, tapi juga saya tidakkan. Hingga akhirnya saya bertemu dengan senior-senior PMII hingga berhasil mengikuti Mapaba di Rayon Hukum.
Resmilah sudah saya menjadi anggota PMII. Dengan tujuan murni. Bukan untuk mencari jabatan, meski dari awal sebelum saya bergabung saya sudah tahu bahwa PMII jika dianalogikan, ia seperti kendaraan untuk perpolitikan kampus. Bukan pula untuk coba-coba. Saya memilihnya tulus dari hati saya untuk belajar lebih dalam bagaimana seharusnya seorang aktivis itu berpikir, bertindak, dan bergerak dengan tuntunan Islam NKRI di Indonesia.
Sampai saya berdiri di semester 3, banyak sekali pelajaran yang saya ambil dengan bergabungnya saya disini. Saya belajar bagaimana seharusnya saya bersikap sebagai seorang mahasiswa. Saya diajari bagaimana seharusnya saya bertindak sebagai seorang wanita. Saya belajar bagaimana menyikapi orang lain dengan berbagai macam sifat. Saya diajari bagaimana cara menyelesaikan sebuah masalah. Saya juga belajar menjadi seorang perempuan sejati dalam lingkaran wanita-wanita hebat PMII yakni KOPRI.
Selama hampir 2 tahun saya belajar dan berproses di PMII, saya menyadari bahwa saya belumlah matang. Namun setidaknya saya tahu dan paham tentang bagaimana seorang aktivis dalam naungan PMII itu sebenarnya dan seharusnya. Saya mempelajarinya dari ideologi PMII, NDP, dan sejarah PMII itu sendiri.
Selama hampir 2 tahun saya berproses di PMII dan organisasi intra kampus, saya banyak mengerti bahwa tidak semua kader PMII bisa disebut KADER PMII. Hal ini disebabkan masih banyak yang mengaku sebagai orang PMII, namun sifat sikapnya sama sekali tidak menunjukkan bahwa dia orang PMII.
Kader PMII bukanlah mereka yang dengan mudahnya mengentengkan perintah Allah dalam Islam. Kader PMII bukanlah mereka yang membenarkan IPK nya rendah dikarenakan sibuk megatur organisasi. Kader PMII bukanlah mereka yang membenarkan dirinya mengumbar kemaksiatan. Kader PMII bukanlah mereka yang tidak sungguh-sungguh dalam bekerja atupun menyelesaikan tugas organisasinya di luar PMII. Kader PMII bukanlah mereka yang memilah-milah dalam tugas. Kader PMII bukanlah mereka yang tidak mau membaur dan menyatu dengan masyarakat lainnya. Kader PMII bukanlah mereka yang dengan mudahnya lari dari tanggung jawab. Kader PMII bukanlah mereka yang membenarkan segala perbuatannya, meskipun dia sadar dia salah, dikarenakan dia berada di jabatan yang lebih tinggi.
Mereka yang selalu sadar bahwa dirinya bukanlah siapa-siapa melainkan hanya makhluk Allah yang lemah. Mereka yang mampu mengembangkan dirinya dengan segala kemampuan positif yang dimilikinya. Mereka yang mampu berdiri dengan kejujuran betapapun sulitnya. Mereka yang mampu memilah dan memilih mana yang baik dan mana yang salah. Mereka yang dengan tawaran setinggi apapaun, bila itu menyalahi ajaran Islam dan PMII, tetap berani menolak untuk melakukannya. Mereka yang berani menanggung resiko sebesar apapun untuk mengungkapkan kebenaran. Mereka yang selalu siap berdiri di garda terdepan apabila ada ketidak adilan. Mereka yang senantiasa percaya bahwa dirinya berdiri sebagai mahasiswa, bukanlah hanya untuk belajar. Tapi berjuang untuk masyarakat. Dan mereka yang selalu menekankan dalam hatinya bahwa semua ini mereka lakukan hanya untuk perjuangannya sebagai hambaNya, orang tua, rakyat, dan negara. Merekalah yang pantas untuk disebut sebagai Kader PMII.
JANGAN SEKALI KALI BERANI MENYEBUT DIRI KITA SEBAGAI SAHABAT SAHABATI PMII JIKA DENGAN SADAR MELAKUKAN KESALAHAN HINGGA MENCORENG NAMA ORGANISASI TERCINTA !
Belajar dan berproses itu boleh. Selama berproses pasti akan ada kesalahan. Tapi ingatlah almamater sahabat sahabati untuk setiap tindakan yang dilakukan. Secantik apapun sang bunga, apabila kelopaknya berlubang, maka hilanglah keindahannya. Artinya, seindah apapun organisasi tercinta jika ditemukan borok yang meskipun hanya dilakukan oleh salah seorang oknum dengan sengaja ataupun tidak sengaja, bukan pelakunya yang dilihat buruk. Tapi PMII lah yang dikatakan buruk.
Memang tidak berhak mereka menyalahkan organisasi secara keseluruhan hanya karena apa yang dilakukan salah seorang anggota. Tapi selalu ingat bahwa anggota adalah cerminan organisasi yang ada. Jangan jadikan PMII hanya menjadi penghias di dada. Bahan ingatan di kepala. Ataupun organisasi yang bisa dibanggakan kepada mereka. Tapi jadikanlah PMII sebagai rumah dan keluarga.

By : Vien Yari