Rabu, 18 Januari 2017

PERSONAL BRAND KADER PMII


Di awal masuk kuliah, bukan hal baru lagi jika banyak organisasi yang berlomba-lomba untuk mengkader anggota baru. Bahkan organisasi tercinta ini juga melakukan hal yang sama. Namun mirisnya, apa yang dilakukan oleh para anggota bukanlah sekedar memperkenalkan organisasi tersebut kepada maba. Tetapi lebih seperti mereka menjual organisasi mereka dengan dalih demi mendapatkan anggota baru.
Terlepas dari itu semua, memang banyak anggota baru yang direkrut. Namun yang didapatkan hanyalah kuantitas. Bukanlah kualitas. Buktinya loyalitas dari mereka yang dikader dengan cara demikian masih dipertanyakan saat mereka memutuskan untuk ‘hengkang’ dari PMII. Keanggotan mereka yang ikut tanpa niat dari hati hanya menjadikan PMII sebagai pembenar dan alat menyombongkan diri, bahwa ‘ini lo saya, seorang aktivis sejati !’ Hal seperti ini juga terjadi di masanya saya saat menjadi maba.
Tetapi anehnya, tidak ada satu suara seniorpun mengenai PMII yang masuk dan mencoba mendoktrin saya saat itu. Malah saya yang pontang-panting mencari mereka saat mendapatkan kabar bahwa anak-anak PMII akan berkumpul malam itu. Namun belum bertemu dengan senior PMII satu pun, saya malah dipertemukan dengan seorang senior yang mana setelah saya resmi menjadi anggota PMII, saya baru tahu bahwa dia adalah salah satu senior dari sebelah. Sempat saat itu saya didoktrin. Jika harus mengingat bagaimana saya tanpa dampingan senior manapun harus menghadapi Mas ‘L’ dengan kemampuan berbicara saya yang masih jauh dibawahanya, saya pasti tertawa.
Namun, karena saya dari awal sudah menetapkan pilihan untuk berproses dengan pergerakan ini, bagaimanapun doktrin dan iming-imingan yang diberikan, saya tidak terpengaruh. Saya iyakan, tapi juga saya tidakkan. Hingga akhirnya saya bertemu dengan senior-senior PMII hingga berhasil mengikuti Mapaba di Rayon Hukum.
Resmilah sudah saya menjadi anggota PMII. Dengan tujuan murni. Bukan untuk mencari jabatan, meski dari awal sebelum saya bergabung saya sudah tahu bahwa PMII jika dianalogikan, ia seperti kendaraan untuk perpolitikan kampus. Bukan pula untuk coba-coba. Saya memilihnya tulus dari hati saya untuk belajar lebih dalam bagaimana seharusnya seorang aktivis itu berpikir, bertindak, dan bergerak dengan tuntunan Islam NKRI di Indonesia.
Sampai saya berdiri di semester 3, banyak sekali pelajaran yang saya ambil dengan bergabungnya saya disini. Saya belajar bagaimana seharusnya saya bersikap sebagai seorang mahasiswa. Saya diajari bagaimana seharusnya saya bertindak sebagai seorang wanita. Saya belajar bagaimana menyikapi orang lain dengan berbagai macam sifat. Saya diajari bagaimana cara menyelesaikan sebuah masalah. Saya juga belajar menjadi seorang perempuan sejati dalam lingkaran wanita-wanita hebat PMII yakni KOPRI.
Selama hampir 2 tahun saya belajar dan berproses di PMII, saya menyadari bahwa saya belumlah matang. Namun setidaknya saya tahu dan paham tentang bagaimana seorang aktivis dalam naungan PMII itu sebenarnya dan seharusnya. Saya mempelajarinya dari ideologi PMII, NDP, dan sejarah PMII itu sendiri.
Selama hampir 2 tahun saya berproses di PMII dan organisasi intra kampus, saya banyak mengerti bahwa tidak semua kader PMII bisa disebut KADER PMII. Hal ini disebabkan masih banyak yang mengaku sebagai orang PMII, namun sifat sikapnya sama sekali tidak menunjukkan bahwa dia orang PMII.
Kader PMII bukanlah mereka yang dengan mudahnya mengentengkan perintah Allah dalam Islam. Kader PMII bukanlah mereka yang membenarkan IPK nya rendah dikarenakan sibuk megatur organisasi. Kader PMII bukanlah mereka yang membenarkan dirinya mengumbar kemaksiatan. Kader PMII bukanlah mereka yang tidak sungguh-sungguh dalam bekerja atupun menyelesaikan tugas organisasinya di luar PMII. Kader PMII bukanlah mereka yang memilah-milah dalam tugas. Kader PMII bukanlah mereka yang tidak mau membaur dan menyatu dengan masyarakat lainnya. Kader PMII bukanlah mereka yang dengan mudahnya lari dari tanggung jawab. Kader PMII bukanlah mereka yang membenarkan segala perbuatannya, meskipun dia sadar dia salah, dikarenakan dia berada di jabatan yang lebih tinggi.
Mereka yang selalu sadar bahwa dirinya bukanlah siapa-siapa melainkan hanya makhluk Allah yang lemah. Mereka yang mampu mengembangkan dirinya dengan segala kemampuan positif yang dimilikinya. Mereka yang mampu berdiri dengan kejujuran betapapun sulitnya. Mereka yang mampu memilah dan memilih mana yang baik dan mana yang salah. Mereka yang dengan tawaran setinggi apapaun, bila itu menyalahi ajaran Islam dan PMII, tetap berani menolak untuk melakukannya. Mereka yang berani menanggung resiko sebesar apapun untuk mengungkapkan kebenaran. Mereka yang selalu siap berdiri di garda terdepan apabila ada ketidak adilan. Mereka yang senantiasa percaya bahwa dirinya berdiri sebagai mahasiswa, bukanlah hanya untuk belajar. Tapi berjuang untuk masyarakat. Dan mereka yang selalu menekankan dalam hatinya bahwa semua ini mereka lakukan hanya untuk perjuangannya sebagai hambaNya, orang tua, rakyat, dan negara. Merekalah yang pantas untuk disebut sebagai Kader PMII.
JANGAN SEKALI KALI BERANI MENYEBUT DIRI KITA SEBAGAI SAHABAT SAHABATI PMII JIKA DENGAN SADAR MELAKUKAN KESALAHAN HINGGA MENCORENG NAMA ORGANISASI TERCINTA !
Belajar dan berproses itu boleh. Selama berproses pasti akan ada kesalahan. Tapi ingatlah almamater sahabat sahabati untuk setiap tindakan yang dilakukan. Secantik apapun sang bunga, apabila kelopaknya berlubang, maka hilanglah keindahannya. Artinya, seindah apapun organisasi tercinta jika ditemukan borok yang meskipun hanya dilakukan oleh salah seorang oknum dengan sengaja ataupun tidak sengaja, bukan pelakunya yang dilihat buruk. Tapi PMII lah yang dikatakan buruk.
Memang tidak berhak mereka menyalahkan organisasi secara keseluruhan hanya karena apa yang dilakukan salah seorang anggota. Tapi selalu ingat bahwa anggota adalah cerminan organisasi yang ada. Jangan jadikan PMII hanya menjadi penghias di dada. Bahan ingatan di kepala. Ataupun organisasi yang bisa dibanggakan kepada mereka. Tapi jadikanlah PMII sebagai rumah dan keluarga.

By : Vien Yari

Jumat, 06 Januari 2017

Refleksi Nilai Perjuangan Mahasiswa di Tengah Arus Demokrasi

Sejarah telah mencatat kontribusi pemuda Indonesia dalam mempersatukan cita-cita bersama yang dituangkan dalam peristiwa sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 di Jakarta. “Berbangsa, bertanah air dan berbahasa satu” pernyataan yang menegaskan kesadaran untuk mengabdikan diri sebagai anak bangsa tanpa ada pengecualian latar belakang suku, budaya, bahasa dan agama. Sangat amat jelas, pemuda saat itu mempunyai visi kedepan yang melihat keadaan strategis bangsa ini yang kaya akan kemajemukan.

Mahasiswa adalah bagian dari elemen pemuda yang menuangkan ikrarnya melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi “Pendidikan, penelitian dan pengabdian”, ini semakin menegaskan peran dan posisi pemuda sebagai agen revolusioner yang selalu haus akan makna progresivitas yang terpatri dalam sejarah bangsa ini yang terus bergulir dari pra dan pasca kemerdekaan, Orde Lama dan Orde Baru, Reformasi sampai Demokrasi hari ini. Ini menunjukan nilai perjuangan mahasiswa dari masa ke masa pasti dan akan terus berubah sesuai dengan koridornya.

Menjadi pernyataan sampai hari ini “kenapa Mahasiswa”? pernyataannya adalah karena bangsa ini masih membutuhkan gagasan dan gerakan pemuda yang lebih mengerti dan memahami khususnya kondisi kebijakan pemerintah yang  perlu pengawasan penuh oleh dan dari Mahasiswa. Lantas nilai perjuangan seperti apa yang diemban oleh Mahasiswa di tengah arus Demokrasi hari ini?. 
Pasca kemerdekaan hadirnya organisasi dan gerakan Mahasiswa di mulai dari berdirinya Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta (PMY), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI),  Gerakan Mahasiswa Nasionalis Indonesia (GMNI), Ikatan Mahasiswa  Muhammadiyah (IMM), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), dan lain-lain. Masing-masing lahir dengan latar belakang yang berbeda tetapi arah perjuangan yang sama- “Progresivitas”.

Berbagai dinamika yang dilalui dalam perjalanan dan pergulatan bangsa ini, gerakan Mahasiswa pun tak luput dari pasang surut dinamika internal maupun eksternalnya masing-masing. Tentunya, ini menjadi refleksi penting dalam mengayuh kembali langkah bersama untuk membangun dan menanamkan kembali ruh perjuangan yang membudayakan nilai  tersebut, yang dimulai di kampus masing-masing.

Nilai tersebut harus menguniversal, dimanapun dan kapanpun tak terbatas oleh ruang dan waktu. Hadirnya kesadaran dan kesungguhan, sebagai suntikan optimis peran Mahasiswa di pelosok tanah air tanpa terkecuali untuk menyongsong kembali khittah perjuangan yang hampir padam tertiup angin musim kemarau. Bangsa ini rindu akan nilai kritis dan solutif dari Mahasiswa, tak cukup gagasan tapi juga gerakan, karena tak akan ada perubahan tanpa adanya kontribusi.

Demokrasi hari ini seyogyanya bisa menempatkan posisi Mahasiswa sebagai partner dalam mengawal segala kebijakan kampus, Pemerintah Daerah maupun Pemerintah Pusat. Dengan demikian, tidak ada kesenjangan pandangan dalam setiap kebijakan yang dikeluarkan. Tidak cukup sampai disitu, gerakan yang menjadi nilai solutif pun harus menjadi penyeimbang bagi setiap kritikan. Ini yang harus menjadi identitas Mahasiswa hari ini sebagai“agent of change”.

Solutifkah Demonstrasi? Tidak dapat dipungkiri, lagi dan lagi sejarah menjadi saksi gerakan dan gebrakan Mahasiswa terbukti saat menggulingkan Rezim Soeharto pada tahun 1998 yang menjadi kejayaan nilai perjuangan Mahasiswa saat itu dan mengantarkan sampai pada gerbang Reformasi. Tanpa berkecil hati, aksi dan reaksi adalah sebuah ekspresi dengan tanggapan yang berbeda-beda, walau dalam sebuah peperangan pasti ada korban yang berjatuhan. Tidak salah, selagi masih ada cara untuk mencapai tujuan yang sama dengan ikhtiar yang berbeda.

Berfikir lokal dan bertindak nasional merupakan sebuah kiasan yang dimaksud pada nilai perjuangan yang menguniversal tersebut. Siapapun, prodi apapun, organisasi apapun selagi anda Mahasiswa tidak ada salahnya berteriak dengan perbuatan, dengan mengawal kebijakan kampus, Pemerintah Daerah sampai Pemerintah Pusat dengan kebajikan dan kebijaksanaan karya nyata kita semua dengan spirit  Bhineka Tunggal Ika.


Musuh yang paling nyata saat ini bukan lagi melawan penjajah maupun menggugat Orde lama dan Orde baru, tapi menikmati dan mewujudkan pemikiran dan tindakan yang modern tanpa menyampingkan bahkan mengkerdilkan posisi kita sebagai Mahasiswa yang menjadi representatif tonggak estafet pemikiran dan perjuangan di tengah arus Demokrasi yang masih butuh kritik dan solusi yang cerdas, cermat dan sehat, tentunya dengan Keyakinan dan usaha akan sampai.


Kamis, 05 Januari 2017

Posisi & Peran PMII Dalam Era Pragmatisme

Pada dasarnya posisi dan peran PMII bisa dilihat dari arah dan dimensi yang berbeda, Pertama: Jika kita menggunakan kerangka negara dan mesyarakat sipil (State and cicil sociaty) dalam konteks ini posisi dan peran PMII apa. Kedua: Dari sisi paradigma perubahan sosial, dalam konteks perubahan sosial ini posisi dan perannya sebagai apa. Ketiga: Posisi dan peran PMII dalam gerakan sosial, maka juga penting dikaji posisi PMII dimana dan apa perannya.
Dalam arus gerakan-gerakan sosial, ada beberapa pandangan tentang geraka sosial: Pertama: Social movement, adalah gerakan sosial yang bersifat sporadis, spontan, tujuannya jelas dan berjangka pendek, sangat impulsif, misalnya gerakan buruh yang menuntut kenaikan upah, bila tuntutan itu sudah dipenuhi, maka selesailah gerakan itu. Gerakan ini sebagai gerakan sesaat, karena spontan dan tujuannya berjangka pendek, dan organisasinya tidak disiapkan secara matang, maka sangat mudah dipatahkan oleh kekuatan rezim yang berkuasa.
Social cultural movement,   tujuannya   jangka   panjang, lebih fundamental, karena yang dihadapi higemoni kekuasaan, hegemoni kelompok-kelompok diminan yang berkuasa, oleh karena itu strategi yang digunakan berbeda dengan yang pertama. Sasaran, pemberdayaan kelompok-kelompok rentan, kelompok-kelompok marginal dan terpinggirkan dan orientasinya kultural. Ketiga: Historical movement,  pergolakan  yang  sangat  panjang, lebih panjang dari social cultural movement dan ini lebih bersifat historis, artinya sejarah yang akan menentukan.
Untuk itu memang tersedia pilihan-pilihan, apakah PMII akan melakukan investasi pada seluruh daya untuk gerakan-gerakan yang bersifat spontan gerakan-gerakan massa, atau invstasi jangka panjang untuk menumbukan kader-kader yang mempunyai ketejaman analisis sosial dan mempunyai komitmen tinggi terhadap mustad’afin, bukan terhadap dirinya sendiri, posisi organisasinya sendiri. Disini PMII ditantang untuk melampaui batas-batas etnis, ras dan keagamaan, karena yang dibela itu golongan tertindas.
Gerakan PMII senantiasa mendasarkan diri pada komitmen keadilan , kebenaran dan kejujuran. Selama hal ini belum menjadi life style bangsa Indonesia, maka gerakan PMII akan terus dilakukan.
Mengembangkan suasana patnership, dialogis kepada semua pihak diluar PMII. Bukan zamannya lagi independen dan eksklusif, taetapi dapat diganti dengan pola interdependensi. Gerakan PMII harus berani, keras tetapi bertanggung jawab yang dilandasi semangat kebangsaan dan akhlakul karimah.
Dua bentuk sumber daya yang menjadi tenaga pendorong bagi PMII untuk terlibat dalam proses politik: Pertama: Ilmu pengetahuan. Kombinasi antara watak ilmiah yaitu kritis – obyektif dengan pengetahuan yang sistematik tentang masalah-masalah kemasyarakatan disamping masalah yang menjadi bidang spesialisasinya, mendorong PMII untuk mengadakan penilaian dan menentukan sikap tentangb kehidupan masyarakat yang mengelilinginya. Kedua: Sikap idealisme yang lazim menjadi ciri mahasiswa pada umumnya. Sebagai unsur dari masyarakat yang masih bebas dari struktur kekuasaan, ada di dalam masyarakat. Kombinasi antara kebebasan struktural itu dengan pengetahuan dan pemahaman mereka akan cita-cita, idea atau pemikiran tentang politik, budaya ekonomi dan kemasyarakatan memungkinkan PMII mempunyai sikap kritis.

Dengan menyadari posisinya sebagai kekuatan intelektual yang gandrung akan pembaharuan dan masa depan bangsanya, maka sepantasnya PMII selalu berada dalam ruang pencarian alternatif pembaharuan, eksploraasi yang berangkat dari kenyataan kekinian. Dengan keasadaran ini PMII, akan dengan mudah melakukan inventarisasi agenda-agenda pembaharuan bagi perjalanan bangsanya.

khataaman al - qur'an Rayon Al - Amin

PMII UTM Rayon Al- Amin (4 januari 2017 ) Sebelum liburar semester ganjil, kini mahasiswa Universitas Trunojoyo Madura sudah mulai kembali berbagai aktivitasnya, begitupun dengan organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia ( PMII ) UTM. Aktivitas organisasi dimulai kembali pada hari  Rabu tanggal 4 Januari 2017 dengan mengadakan suatu agenda "ORGANISASI MAHASISWA NAHDLIYIN" UTM sebelum libur semester, KKN PPL dan sebagainya.
Organisasi Mahasiswa Nahdliyin tersebut adalah Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) UTM. Kegiatan ini berupa khataman al-Qur’an, diikuti oleh beberapa kader yang dalam agenda ini hadir berjumlah kurang lebih 20 anggota. Khataman Al-Qur’an yang dilaksanakan ini dimulai sejak pukul 19:00 – Selesai WIB di kediaman bapak Agung Ali Fahmi dosen Fakultas Hukum
Koordinator acara Khataman AL-Qur’an, Hardiyanto Laksamana (Fakultas Hukum 2013)  yang juga merupakan Ketua Rayon  UTM menyatakan bahwa tujuan dilaksanakannya agenda ini adalah untuk menjalin silaturrahmi serta mempererat ikatan sesama Nahdliyin organisasi yang berideologi Aswaja ini yakni PMII,  dan juga terutama berharap akan bertambahnya keberkahan dalam menjalankan amanah organisasi.
Menurut Ketua Komisariat terpilih Sahabat Muhammad Ruli “ bagus dan harus dilestarikan bagi Organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia khususnya warga NU dan berlandaskan Ahlusunnah Wal Jamaah khususnya bagi mahasiswa Universitas Trunojoyo Madura ” begitu juga pendapat dari Wakil Ketua Bidang II Sahabat Nasihil Mu’minin “ pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Universitas Trunojoyo Maduara telah menjawab tuntutan jaman sebagai organisasi kemahasiswaan dan organisasi kaderisasi yang mencetak kader militan dan generasi yang agamis serta sebagai wadah menamba khasanah keilmuan bagi kader, mulai dari bidang keagamaan analisis sosial dan intelektual mahasiwa sekarang tidak cukup berhimpunan dan berikat- ikatan akan tetapi menjadi kesatian sinergi yang menciptakan gerak sebagai aksi aplikatif dari knowledg serta menyekaraskan fikiran sebagai strategi dan ancaman bagi suatu rezim, semangat muda dan spirit perjuangan harus tetap tersetari yang menggemuru sebagai kabar petaka bagi pimpinan yang tidak pro terhadap rakyat disisi lain esistensi dari sebuah gerakan alah sekolah kedua bagi rakyat  ” 
Adapun sistem direalisasikannya agenda ini, dilakukan dengan tata cara pembagian pembacaan per Juz, kemudian apabila telah sampai pada Juz ke-30 pembacaan dilanjutkan dengan membacakan do’a . Atusiasme anggota yang hadir terlihat cukup tinggi, hal ini dibuktikan dari semangat dan kekhusyukan para kader pada saat melantunkan Ayat-Ayat Suci Al-Qur’an dalam pelaksanaan Khataman Al-Qur'an.

sekali bendera dikibarkan hentikan ratapan dan tangisan tangan terkepal dan maju kemuka mundur satu langkah adalah bentuk penghiatan bagi organisasi
Wallahul muwaffiq ila akwamit thiorik
Wassalamualaikum wr. Wb

Salam Pergerakan

KETUA KOMISARIAT UTM 2017



Terpilihnya sahabat Mohammad Ruli sebagai Ketua Komisariat Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia diharapkan mampu menciptkan iklim organisasi yang sehat dan stabil sebagai regenerasi dari sahabat Saifurrahman
“Esensi pemimpin bukan hanya sebagai leader, tapi lebih dari pada itu yaitu sebagai bentuk perwujudan dari sebuah pengabdian yang penuh dengan tanggung jawab. Hidup akan terasa terbebani oleh sebuah tantangan apabila hanya sekedar difikirkan dan direnungkan tanpa adanya reaksi nyata. Mari berfikir, berdzikir dan beramal sholeh” Mohammad Ruli 06/01/2017.
Selayang pandang biografi sahabat MOHAMMAD RULI, Lahir di sebuah desa Ktw. Larangan kecamatan Ganding kabupaten Sumenep pada tanggal 12 April 1995 yang saat ini masih menempuh S1 di Fakultas Hukum Universitas Trunojoyo Madura. Mengawali kiprahnya dengan menjadi Aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dengan tekad mengabdi untuk melestarikan nilai-nilai ahlussunnah wal jama’ah.
 Dia merupakan anak bungsu dari dua bersaudara yang merupakan putra dari ayahanda Tallib dan ibunda Hannah. Sejak kecil dia menempuh pendidikan formalnya di Madrasah Al-Anwar sebuah lembaga yang berada di lingkungan pondok pesantren Al-Anwar yang diasuh oleh KH. Fadlurrahman desa Gadu Barang kecamatan Gading kabupaten Sumenep.
Kegemarannya dalam berorganisasi dimulai semenjak masuk pada Madrasah Tsanawiyah Al-Anwar yang diawali dengan menjadi Ketua Pramuka dan Ketua Osis Madrasah Tsanawiyah Al-Anwar, kemudian dilanjutkan pada tingkat Madrasah Aliyah Al-Anwar dengan menjadi Sekretaris Osis dan anggota Pramuka Saka Bhakti Husada kabupaten Sumenep. Tidak hanya berhenti disitu, ketika menempuh pendidikan di SI Fakultas Hukum Universitas Trunojoyo Madura, dia dipercaya menjadi Wakil Ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Hukum periode 2014, Ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Hukum periode 2015, dan Sekretaris Umum Dewan Perwakilan Mahasiswa Universitas Trunojoyo Madura. Selain itu, dia menjadi pengurus rayon PMII bidang kaderisasi periode 2014-2015, pengurus komisariat PMII bidang kaderisasi periode 2015-2016, dan saat ini dia dipercaya menjadi Ketua Komisariat PMII Universitas Trunojoyo Madura periode 2017-2018.
 Selain pengalaman organisasi yang dimilikinya, dia juga memiliki beberapa prestasi yang diraihnya semenjak aktif di dunia pendidikan. Dia selalu menjadi bintang kelas dan bahkan sering dinobatkan menjadi siswa tauladan di madrasahnya. Selain itu semenjak menjadi mahasiswa di Fakultas Hukum Universitas Trunojoyo Madura, dia pernah meraih juara 2 lomba debat hukum tingkat universitas tahun 2015, juara 1 lomba debat ilmiah tingkat universitas tahun 2015 yang digelar oleh BEM Fakultas Pendidikan, dan terakhir menjadi finalis lomba debat konstitusi tingkat nasional sebagai perwakilan kampus yang digelar oleh Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia pada tahun 2016 di Bogor Jawa Barat.
No HP             : 085231804262
Email               : Ruly.diary@yahoo.com

Pin BBM         : 5D3A123B

Minggu, 01 Januari 2017

RTK Ke XIV


Pengurus Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat Universitas Trunojoyo Madura Cab. Bangkalan telah menggelar Rapat Tahunan Komisariat (RTK) yang di laksanakan pada hari minggu tanggal 1 januari 2017 Forum permusyawaratan tertinggi PMII tingkat Komisariat tersebut yang diadakan di sekret komisariat dengan begitu sederhana tanpa adanya banner
Ketua Komisariat PMII Universitas Trunojoyo Madura Muhammad Saifur Rahman berharap kepengurusan selanjutnya akan lebih baik, utamanya menyangkut proses kaderisasi di PMII, ia kembali mengingatkan kepada sahabat-sahabat di PMII, bahwa kaderisasi adalah urat nadi organisasi,PMII itu organisasi kader yang tugas utamanya melakukan kaderisasi, tantangan PMII kedepan akan semakin kompleks, sehingga kerja-kerja kaderisasi harus diupayakan secara sungguh-sungguh.

Acara tersebutb berjalan dengan baik dan menemukan sosok yang benar- benar dipercaya oleh anggota maupun kader dan terpilihlah sahabat Mohammad Ruli sebagai Ketua Komisariat Universitas Trunojoyo Madura masa khidmat 2017 dan dengan terpilihnya sahabat Ruli mampu membuat terobosan baru dan bisa menerapkan Nilai Dasar Pergerakan yang berlandarkan Ahlusunnah Wal Jamaah