Sejarah telah mencatat kontribusi pemuda Indonesia dalam
mempersatukan cita-cita bersama yang dituangkan dalam peristiwa sumpah pemuda
pada tanggal 28 Oktober 1928 di Jakarta. “Berbangsa, bertanah air dan berbahasa
satu” pernyataan yang menegaskan kesadaran untuk mengabdikan diri sebagai anak
bangsa tanpa ada pengecualian latar belakang suku, budaya, bahasa dan agama.
Sangat amat jelas, pemuda saat itu mempunyai visi kedepan yang melihat keadaan
strategis bangsa ini yang kaya akan kemajemukan.
Mahasiswa adalah bagian dari elemen pemuda yang menuangkan
ikrarnya melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi “Pendidikan, penelitian dan
pengabdian”, ini semakin menegaskan peran dan posisi pemuda sebagai agen
revolusioner yang selalu haus akan makna progresivitas yang terpatri dalam
sejarah bangsa ini yang terus bergulir dari pra dan pasca kemerdekaan, Orde
Lama dan Orde Baru, Reformasi sampai Demokrasi hari ini. Ini menunjukan nilai
perjuangan mahasiswa dari masa ke masa pasti dan akan terus berubah sesuai
dengan koridornya.
Menjadi pernyataan sampai hari ini “kenapa Mahasiswa”?
pernyataannya adalah karena bangsa ini masih membutuhkan gagasan dan gerakan
pemuda yang lebih mengerti dan memahami khususnya kondisi kebijakan pemerintah
yang perlu pengawasan penuh oleh dan dari Mahasiswa. Lantas nilai
perjuangan seperti apa yang diemban oleh Mahasiswa di tengah arus Demokrasi
hari ini?.
Pasca kemerdekaan hadirnya organisasi dan gerakan Mahasiswa
di mulai dari berdirinya Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta (PMY), Himpunan
Mahasiswa Islam (HMI), Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI),
Gerakan Mahasiswa Nasionalis Indonesia (GMNI), Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah (IMM), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), dan lain-lain.
Masing-masing lahir dengan latar belakang yang berbeda tetapi arah perjuangan
yang sama- “Progresivitas”.
Berbagai dinamika yang dilalui dalam perjalanan dan
pergulatan bangsa ini, gerakan Mahasiswa pun tak luput dari pasang surut
dinamika internal maupun eksternalnya masing-masing. Tentunya, ini menjadi
refleksi penting dalam mengayuh kembali langkah bersama untuk membangun dan
menanamkan kembali ruh perjuangan yang membudayakan nilai tersebut, yang
dimulai di kampus masing-masing.
Nilai tersebut harus menguniversal, dimanapun dan kapanpun
tak terbatas oleh ruang dan waktu. Hadirnya kesadaran dan kesungguhan, sebagai
suntikan optimis peran Mahasiswa di pelosok tanah air tanpa terkecuali untuk
menyongsong kembali khittah perjuangan yang hampir padam tertiup angin musim
kemarau. Bangsa ini rindu akan nilai kritis dan solutif dari Mahasiswa, tak
cukup gagasan tapi juga gerakan, karena tak akan ada perubahan tanpa adanya
kontribusi.
Demokrasi hari ini seyogyanya bisa menempatkan posisi
Mahasiswa sebagai partner dalam mengawal segala kebijakan kampus, Pemerintah
Daerah maupun Pemerintah Pusat. Dengan demikian, tidak ada kesenjangan
pandangan dalam setiap kebijakan yang dikeluarkan. Tidak cukup sampai disitu,
gerakan yang menjadi nilai solutif pun harus menjadi penyeimbang bagi setiap
kritikan. Ini yang harus menjadi identitas Mahasiswa hari ini sebagai“agent of
change”.
Solutifkah Demonstrasi? Tidak dapat dipungkiri, lagi dan lagi
sejarah menjadi saksi gerakan dan gebrakan Mahasiswa terbukti saat
menggulingkan Rezim Soeharto pada tahun 1998 yang menjadi kejayaan nilai
perjuangan Mahasiswa saat itu dan mengantarkan sampai pada gerbang Reformasi.
Tanpa berkecil hati, aksi dan reaksi adalah sebuah ekspresi dengan tanggapan
yang berbeda-beda, walau dalam sebuah peperangan pasti ada korban yang
berjatuhan. Tidak salah, selagi masih ada cara untuk mencapai tujuan yang sama
dengan ikhtiar yang berbeda.
Berfikir lokal dan bertindak nasional merupakan sebuah kiasan
yang dimaksud pada nilai perjuangan yang menguniversal tersebut. Siapapun,
prodi apapun, organisasi apapun selagi anda Mahasiswa tidak ada salahnya
berteriak dengan perbuatan, dengan mengawal kebijakan kampus, Pemerintah Daerah
sampai Pemerintah Pusat dengan kebajikan dan kebijaksanaan karya nyata kita
semua dengan spirit Bhineka Tunggal Ika.
Musuh yang paling nyata saat ini bukan lagi melawan penjajah
maupun menggugat Orde lama dan Orde baru, tapi menikmati dan mewujudkan
pemikiran dan tindakan yang modern tanpa menyampingkan bahkan mengkerdilkan
posisi kita sebagai Mahasiswa yang menjadi representatif tonggak estafet
pemikiran dan perjuangan di tengah arus Demokrasi yang masih butuh kritik dan
solusi yang cerdas, cermat dan sehat, tentunya dengan Keyakinan dan usaha akan
sampai.
0 komentar:
Posting Komentar