Jumat, 06 Januari 2017

Refleksi Nilai Perjuangan Mahasiswa di Tengah Arus Demokrasi

Sejarah telah mencatat kontribusi pemuda Indonesia dalam mempersatukan cita-cita bersama yang dituangkan dalam peristiwa sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 di Jakarta. “Berbangsa, bertanah air dan berbahasa satu” pernyataan yang menegaskan kesadaran untuk mengabdikan diri sebagai anak bangsa tanpa ada pengecualian latar belakang suku, budaya, bahasa dan agama. Sangat amat jelas, pemuda saat itu mempunyai visi kedepan yang melihat keadaan strategis bangsa ini yang kaya akan kemajemukan.

Mahasiswa adalah bagian dari elemen pemuda yang menuangkan ikrarnya melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi “Pendidikan, penelitian dan pengabdian”, ini semakin menegaskan peran dan posisi pemuda sebagai agen revolusioner yang selalu haus akan makna progresivitas yang terpatri dalam sejarah bangsa ini yang terus bergulir dari pra dan pasca kemerdekaan, Orde Lama dan Orde Baru, Reformasi sampai Demokrasi hari ini. Ini menunjukan nilai perjuangan mahasiswa dari masa ke masa pasti dan akan terus berubah sesuai dengan koridornya.

Menjadi pernyataan sampai hari ini “kenapa Mahasiswa”? pernyataannya adalah karena bangsa ini masih membutuhkan gagasan dan gerakan pemuda yang lebih mengerti dan memahami khususnya kondisi kebijakan pemerintah yang  perlu pengawasan penuh oleh dan dari Mahasiswa. Lantas nilai perjuangan seperti apa yang diemban oleh Mahasiswa di tengah arus Demokrasi hari ini?. 
Pasca kemerdekaan hadirnya organisasi dan gerakan Mahasiswa di mulai dari berdirinya Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta (PMY), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI),  Gerakan Mahasiswa Nasionalis Indonesia (GMNI), Ikatan Mahasiswa  Muhammadiyah (IMM), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), dan lain-lain. Masing-masing lahir dengan latar belakang yang berbeda tetapi arah perjuangan yang sama- “Progresivitas”.

Berbagai dinamika yang dilalui dalam perjalanan dan pergulatan bangsa ini, gerakan Mahasiswa pun tak luput dari pasang surut dinamika internal maupun eksternalnya masing-masing. Tentunya, ini menjadi refleksi penting dalam mengayuh kembali langkah bersama untuk membangun dan menanamkan kembali ruh perjuangan yang membudayakan nilai  tersebut, yang dimulai di kampus masing-masing.

Nilai tersebut harus menguniversal, dimanapun dan kapanpun tak terbatas oleh ruang dan waktu. Hadirnya kesadaran dan kesungguhan, sebagai suntikan optimis peran Mahasiswa di pelosok tanah air tanpa terkecuali untuk menyongsong kembali khittah perjuangan yang hampir padam tertiup angin musim kemarau. Bangsa ini rindu akan nilai kritis dan solutif dari Mahasiswa, tak cukup gagasan tapi juga gerakan, karena tak akan ada perubahan tanpa adanya kontribusi.

Demokrasi hari ini seyogyanya bisa menempatkan posisi Mahasiswa sebagai partner dalam mengawal segala kebijakan kampus, Pemerintah Daerah maupun Pemerintah Pusat. Dengan demikian, tidak ada kesenjangan pandangan dalam setiap kebijakan yang dikeluarkan. Tidak cukup sampai disitu, gerakan yang menjadi nilai solutif pun harus menjadi penyeimbang bagi setiap kritikan. Ini yang harus menjadi identitas Mahasiswa hari ini sebagai“agent of change”.

Solutifkah Demonstrasi? Tidak dapat dipungkiri, lagi dan lagi sejarah menjadi saksi gerakan dan gebrakan Mahasiswa terbukti saat menggulingkan Rezim Soeharto pada tahun 1998 yang menjadi kejayaan nilai perjuangan Mahasiswa saat itu dan mengantarkan sampai pada gerbang Reformasi. Tanpa berkecil hati, aksi dan reaksi adalah sebuah ekspresi dengan tanggapan yang berbeda-beda, walau dalam sebuah peperangan pasti ada korban yang berjatuhan. Tidak salah, selagi masih ada cara untuk mencapai tujuan yang sama dengan ikhtiar yang berbeda.

Berfikir lokal dan bertindak nasional merupakan sebuah kiasan yang dimaksud pada nilai perjuangan yang menguniversal tersebut. Siapapun, prodi apapun, organisasi apapun selagi anda Mahasiswa tidak ada salahnya berteriak dengan perbuatan, dengan mengawal kebijakan kampus, Pemerintah Daerah sampai Pemerintah Pusat dengan kebajikan dan kebijaksanaan karya nyata kita semua dengan spirit  Bhineka Tunggal Ika.


Musuh yang paling nyata saat ini bukan lagi melawan penjajah maupun menggugat Orde lama dan Orde baru, tapi menikmati dan mewujudkan pemikiran dan tindakan yang modern tanpa menyampingkan bahkan mengkerdilkan posisi kita sebagai Mahasiswa yang menjadi representatif tonggak estafet pemikiran dan perjuangan di tengah arus Demokrasi yang masih butuh kritik dan solusi yang cerdas, cermat dan sehat, tentunya dengan Keyakinan dan usaha akan sampai.


0 komentar:

Posting Komentar