Senin, 13 Maret 2017

FILOSOFI DONAT

FILOSOFI DONAT

            Hidup tanpa sensasi tidak mungkin mempesona, begitupun hidup tanpa ujian tidak akan bernilai. Yang sederhana inilah jarang kita pikirkan. Meski kecil tapi sederhana yang jarang dipikirkan yang juga memiliki kesempurnaan estetika di baliknya. Itulah hidup ala Donat. Ketika saya mulai memikirkannya, entah apa dan kenapa pikiran saya langsung tertuju pada kue kesukaan, Donat. Kita dapat banyak belajar hidup dan kehidupan di dalamnya pada Donat.
            Dia berbentuk bulat dengan lubang di tengahnya, rasanya manis dan ada banyak macam toping di atasnya yang disesuaikan dengan selera peminat. Kalau dapat saya katakan, dia mampu mengalihkan duniaku, bahwa aku terpesona dengan pesonanya yang bersensasi beda di luar esensinya meski dengan bentuk yang sederhana.
            Dia terbuat dari tepung sebagai bahan dasar yang dicampuri dengan pelbagai kehidupan. Kehidupan semu, kesadaran semu adalah campurannya yang dapat merubah pelbagai campuran itu menjadi Donat. Donat semu yang akan hilang ditelan oleh mulut-mulut serakah dan kelaparan.
            Mari kita bayangkan sejenak, karena imajinasi sangat penting dari pada pengetahuan menurut Albert Einstein. Tepung yang dibentuk bulat adalah kehidupan yang terus berputar tanpa putus layaknya roda. Sejauh mana kita pergi dari tempat asal, ujung-ujungnya pasti kembali ke tempat asal tidak seperti kehidupan kacang yang lupa pada kulitnya. Kita adalah ciptaan, oleh karenanya kita akan kembali pada sang Pencipta. Tidak hanya itu, bentuk Donat yang bulat bisa saja diartikan bahwa hidup itu bersosial. Kita seperti partikel kecil yang menyatu dalam kehidupan, oleh karena itu,kita harus berhati-hati karena ada lubang yang siap menelan.
            Terus bagaimana dengan lubnag di tengahnya donat? Ada apa di situ? Lubang itu adalah jurang kehidupan yang dapat kita hindari jikatidak berhati-hati. Lubang itu sengaja dibuat supaya donat ketika digoreng cepat matangnya. Berhati-hatilah dalam bertindak agar tidak jatuh ke dalamnya, juga tetap jagalah interaksi sosial kita agar tidak terpengaruh olehnya.
            Lalu bagaimana nasib kehidupan topping? Dialah pemilik estetika dan nilai yang sempurna. Dia mampu menarik pesona semua orang pada pesonanya yang bermacam-macam dan berwarna-warni. Warna-warni itulah ujian dalam kehidupan. Dia memiliki sensasi tinggi tetapi dalam sekali gigitan, esensinya sama. Makan donat. Dan nilai kesempurnaan itu pula yang selalu mempertahankan pesona dari sensasinya.
            Hanya donat bermacam yang dijual di pasaran maupun di toko-toko. Tentu harga donat akan berbeda dengan yang dijual di toko dan di pasar. Donat akan lebih bernilai dan berharga ketika dijual di toko. Karena dia ditempatkan di tempat yang istimewa, kerajaan donat. Dia seperti putri yang diperoleh dengan bandrol harga mahal. Sedangkan donat yang dijual di pasar memiliki keistimewaan rendah. Dia disentuh, ditimang dan dicicipi dengan seenaknya dengan bandrol harga murah. Itulah penggambaran dari hidup, bahwa hidup yang mapan dan nyaman harus dibayar dengan harga mahal. Entah itu pengorbanan waktu maupun penyerahan seluruh kemampuan yang kita punya.semakin berharga donat itu, semakin berkualitas pula donat itu.
            Proses pembuatan donat itu dapat saya katakan cukup sulit bagi yang sudah ahli dan sangat sulit bagi yang belum ahli. Mengapa? Karena pembuatannya membutuhkan waktu yang lama untuk menjadi donat yang sempurna. Itu adalah ujian terberat dalam hidup kita. Ternyata tidak hanya menentukan pilihan yang terasa berat tetapi mempertahankan komitmen untuk terus berproses jauh lebih berat dalam kehidupan. Socrates berkata bahwa hidup tanpa ujian itu tidak akan pernan berharga. Nikmatilah sebuah perjuangan.
            Ada yang terlupakan bahwa donat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kata benda, kue yang dibuat dari tepung terigu, mentega, gula dan sebagainya, berbentuk bundaran yang berlubang di tengahnya. Tidak akan pernah dikatakan donat jika tidak ada lubang ditengahnya, karena lubang itulah pembeda dari kue lainnya.
            Kalau kita mengaca pada para filsuf  barat yang telah mengemukakan berbagai teorinya, donat masih ada sangkut pautnya. Kita mulai dari plato. Dalam teorinya bahwa ide adalah pantulan dari sebuah realitas semu. Karena idelah yang bersifat lahiriah. “All donuts share in ideal””donuts ness”, penggambaran teori Plato. Karena donat memiliki estetika maka menurut plato, estetika atau sensasi yang dibuat adalah seni yang imitasi dari kenyataan dari idea. Seni tidak lebih tinggi jika dipandang dari hubungannya dari realitas. Seni dapat diandalkan sebagai sumber pengetahuan realitas.
            Pandangan Aritoteles, murid Plato, bahwa nilai estetika dari suatu bentuk dapat dihasilkan dari analisa otak  mengenai teorinya. teori Aristoteles berbeda dari Plato. Realtiaslah dari sebuah bentuk yang ideal, materi tidak akan eksis tanpa bentuk. “ a donuts contains a donuts ness”.
            Sedangkan menurut Socrates bahwa manusia ada untuk tujuan. Sama seperti donat yang sengaja dibuat, tidak lain hanya untuk dimakan esensinya dan menikmati sensasinya. Salah ataupun benar memainkan peranan penting dalam mendefinisikan hubungan seseorang dengan lingkungan dan sesamanya. Socrates percaya bahwa manusia pada dasarnya adalah jujur,sedangkan kejahatan yang meliputinya adalah dampak dari salah pengarahan yang membebani salah seseorang.
            “everybody deserver for donuts”, menurut Karl Marx. Dia adalah orang miskin yang tidak punya dunia yang mampu bertahan hidup dengan cita-citaRevolusinya. Proses yang mau menhilangkan hak milik dapat dikatakan luar biasa, meski pada akhirnya teorinya gagal dan hanya tinggal teori. Mungkin dia tidak terima dengan para kapitalis yang dengan seenaknya mengendalikan para buruh. Para kapitalis menganggap bahwa nilai adalah penguat mereka. Oleh karenya, sensasi dari donat tetap dipertahakan sehingga banyak sekali yang terus mengembangkan sensasi itu.
            Menurut Nietzsche, “stop at nothing to get your donuts”,dialah filsuf penutup dari Filsafat barat. Dia mengemukakan bahwa “re-evolusi” semua yang ada dalam kehidupan hanyalah pengulangan dari sebelumnya. Dia dikenal dengan pembawa palu, dia mengatakan “sudahlah...semua yang ada di kehidupan hanyalah penyakit”.banyak orang yang bilang dia adalah filsuf gila.
            Menurut kant, “a ‘donut’ = my total experience of donuts”.  Dia mengatakan bahwa subjek mampu menerima sensalibilitas melalui indrawi dan juga subjek dapat membentuk konsep secara rasionalisme sehingga keduanya dapat merujuk pada sintesa. Donat adalah fenomena yang berbentuk benda atau materi. Donat dalam nomena adalah bukan materi tetapi das ding ansih, kenyataan yang nyata senyata-nyatanya. Dalam kritik rasio murni menurut kant donat adalah objek pengetahuan fenomena yang berbentuk benda yang dapat dirasakan indrawi atau rasio. Menurut indrawi, donat dapat dirasakan sensasi motoriknya menjadi kenyataan empirik. Sedangkan menurut rasio murni donat adalah kabar pengetahuan yang diproses sehingga menghasilkan data empirik yang dapat di nilai dari kualitas donat, kualitas donat, relasi donat dengan toppingnya dan campurannya dan modalitas dari donat itu snediri.
Dalam teori John Locke, dia mengkritisi pendapat Rene Descartes. Dia mengatakan bahwa manusia hanya dapat melihat ide dengan terpotong-potong, yaitu sedikit tahu tentang banyak hal. Maka,”donuts taste good to me”.
             Rene descartes menyatakan, hidup adalah kesangsian dari ketersangsian jadi, “a donut’s holes proves the existence of the donut”.

Itulah beberapa pendangan filsuf mengenai donat. Donta benda mati tapi bersensasi sempurna dan beresensi sederhana. Donat tidak akan dikatakan donat jika tidak ada lubang di tengahnya karena itulah pemedadari kue lainnya.

Oleh: Rila Safitri

0 komentar:

Posting Komentar