Senin, 13 Maret 2017

SEMUT

SEMUT
            Pernahkah kita menyadari bahwa hidup kita selalu berdampingan dengan kehidupan-kehidupan yang lain? Yah...hidup ini memang tidak pernah lepas dengan yang namanya “Interaksi Sosial”. Interaksi Sosial merupakan proses setiap individu menjalin kontak dan berkomunikasi dan saling memengaruhi dalam pikiran maupun tindakan. Kontak sosial dan komunikasi, dua hal tersebut tidak bisa dipisahkan ketika kita sedang melakukan interaksi sosial. Interaksi sosial sebagai pondasi dengan didasarkan pada norma dan nilai sosial yang berlaku dan diterapkan dalam masyarakat. Jika tidak adanya kesadaran diri masing-masing individu maka proses sosial dikatakan tidak berjalan dengan baik.
            Pernahkah kita membayangkan bagaimana kehidupan seekor semut? Iya semut, serangga kecil yang biasa kita temui di sekeliling kita. Pernah melihat semut-semut sedang berada dalam satu barisan? Kita bisa melihat semut-semut tersebut tidak akan mendahului satu sama lain dan jika ada semut didepannya berlawanan arah maka mereka saling bertabrakan. Jika dikaitkan dengan teori dari ’’ Immanuel Kant ’’ ahli filsafat abad modern, kejadian demikian bisa kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Yakni dalam berinteraksi sosial kita harus saling respect satu sama lain. Artinya kita harus sadar diri akan kontak sosial dan komunikasi tersebut. Respeck dalam artian tidak serta menerima dan tidak serta menolak. Kenapa demikian ? karena akar dari pengetian kritis yang tidak pernah kita ketahui adalah demikian.
Hari ini kita lebih sering mendengar kata kritis seakan di konotasikan kepada meraka yang selalu melawan, mereka yang selalu mengkritik dan mereka selalu tak terima dengan apa yang ada, mereka langsung saja menjust bahwa itu salah, dan seperti inilah yang benar. Tapi apakah semut pernah demikian kepada teman  nya ? saya kira tidak. Karena semut juga belajar apa itu menolak dan apa itu menerima. Dan hidup mereka pun tidak untuk menyalahkan orang lain.
Semut juga menerapkan teori “ Karl Marx” dimana koloni semut terdiri dari seorang pemimpin (ratu) dan pekerja. seekor semut pekerja bisa seharian mencari makanan untuk memenuhi kebutuhannya. semut pekerja juga saling bahu membahu membawa makanan yang ukurannya lebih besar dari mereka.

            Jika ditarik kesimpulan dari kehidupan semut, kita harus mencontoh keteladanan mereka. Baik dari segi etos kerjanya, ketekunan dalam menghadapi rintangan, kepekaan terhadap sekitarnya serta kebersamaan hidup dalam koloninya. Ini adalah hal baik bukan saja bagi pengentasan kemiskinan, tetapi juga dalam relasi dan budaya gotong royong yang mulai lenyap ditelan sikap individualis yang merambah dengan pesat.

0 komentar:

Posting Komentar