KACAMATA
Kacamata adalah sebuah benda yang tersusun dari kaca
dan rangkaian besi atau plastik yang biasa disebut dengan frame yang memiliki
fungsi tersendiri bagi yang memilikinya. Kacamata memiliki beragam varian, baik
dari segi bentuk, warna, dan fungsi yang berbeda. Bentuk dan ukuran wajah yang
tentu berbeda-beda dari setiap orangnya menjadikan daya tarik tersendiri untuk
memilih model kacamata yang mereka inginkan agar tetap terlihat tampak menarik
bagi mereka saat mereka memakainya. Maka dari itu, terbentuklah banyak model
desain bentuk kacamata berdasarkan bentuk dan ukuran wajahnya seperti, kacamata
yang khusus untuk wajah yang oval, lonjong , dan lainnya. Selain dari desain
bentuk, pemilihan kacamata dapat disesuaikan dengan warna kulit si pemakai agar
terlihat lebih perfect. Dilihat dari segi fungsi bagi pemakainya, kacamata bisa
bersifat alat pembantu bagi yang memiliki minus atau hanya sekedar menjadi
stailis atau gaya dari pemakainya.
Dari penjabaran tentang banyaknya
ulasan kaberagaman desain bentuk, warna , ataupun fungsinya menurut Rene’
Decurtes dari tokoh rasionalisme dalam bukunya Diskurs De La Metode. Ketika
dimasukkan dalam skema metode kesangsian dualis, subtansi psikisnya adalah
keragaman, kacamata sebagai substansi fisik atau diri. “Aku berpikir maka aku
ada”. Rasio setiap manusia yang lahir pasti memiliki perbedaan dengan yang
lainnya (fisik) dari sebab itu kacamata memiliki keragaman. Dari peryataan
tersebut bias keragaman kacamata si pemakai atau pemiliknya adalah sebagai
subjek saat ia memakainya, sekaligus objek dari keragaman kacamata itu sendiri.
Mengapa bisa menjadi objek? Karena keragaman itu berasal dari subjeknya sendiri
(kacamata menyesuaikan bentuk dan warnanya untuk pemiliknya). Dari teori rasio
keragaman itu memang ada sejak adanya sipemakai.
Tokoh lain dari rasionalisme yaitu Spinoza dengan
teorinya, bahwasannya subtansi adalah sesuatu yang hanya bisa diketahui dari
dirinya sendiri melalui atribut dan modus. Pemikiran tentang kacamata ketika
dimasukkan dalam skemanya, keragaman merupakan atribut dan kacamata merupakan
modusnya. Atribut dan modus adalah manivestasi dari subtansi. Keragaman adalah
bentuk dari pikiran(berpikir) adalah hasil dari bertanya dan menjawab. Menurut
Leibnitz tentang monadologynya, monad adalah unsur satuan terkecil dari dari
metafisika. Dalam skemanya , monad adalah kenyataan mental yang berisi persepsi
dan hasrat. Jadi, keragaman sebagai
monad dan bertemu dengan kacamata sebagai monad. Monad-monad itu saling bertemu
karena ada induk monad ataau disebut dengan monad purba. Monad keragaman
berasal dari monad purba bentuk wajah (gen). monad kacamata berasal dari monal
purba toko atau penjual kacamata. Dari rasionalisme dapat ditarik kesimpulan
bahwa adanya keragaman itu memang sudah ada secara rasio dan logis. Maksud dari
keragaman adalah kata lain dari perbedaan.
Keragaman kacamata menurut cara
pandang Empirisme yang berlandaskan pengetahuan dari pengalaman melaui indera.
Tokoh Empirisme adalah John Locke, jadi adanya keragaman kacamata itu bukan
karena lahiriyah (secara gen). namun adanya keragaman itu karena indera
mengetahui secara tampak atau nyata. Indera telah membuktikan sendiri akan
adanya prbedaan tsb. Rasio berasal dari indra yang telah mengetahui dari
pengalaman tersebut. Tokoh lain dari Empiris yaitu David Hume yang meragukan
adanya kesangsian dualis. Subtansi tidak ada hubungannya dengan atribut atau
rasio dan modus. Adanya keragaman kacamata itu hanyalah pengakuan atau sebatas
serial peristiwa. Empirisme meragukan rasio karena keragaman itu terbukti bukan
dengan akal, melainkan dengan pengatahuan dari indera.
Keragaman kacamata menurut madzhab
kritis. Awal penelusuran bermula dari fakta yang bersifat nyata. Dialektika
dimulai dari menelusuri corak berfikir. Imanuel kant adalah salah satu tokoh
dari madzhab kritis dengan objek pengetahuan, keragaman adalah nonmateri dari
nomena(tidak nampak) dan kacamata sebagai materi dari fenomena. Kritik rasio
murni yaitu, objek pengetahuan adalah fenomena. Dimasukkan dalam skema, benda
materi yaitu kacamata yang ditangkap oleh indera dan rasio murni bahwa
keragaman hanya sebagai kabar pengetahuan. Indera mendapatkan sensasi motorik
lalu mendapatkan data empiric tentang keragaman.lalu data empiric dan kabar
pengetahuan diproses bersama menjadi ide pengetahuan. Ide pengetahuan bisa
diketahui dari kuantitas, kualitas, rasio ataupun modalitas dari objeknya.
Jadi, yang membuat keragaman itu dari sensasi, karena ketika dilihat dari
objeknya sama yaitu kacamata. Kacamata menjadi beragamkarena memiliki sensasi
tersendiri bagi pemakainya. Kritik rasio praktis yaitu manusia memiliki diri
empirih dan sifat apriori. Diri empirih yaitu hasrat dan nafsu (menggunakan
kacamata). Sifat apriori adalah kecanduan untuk berpikir.dari hasrat dan nafsu
bersamaan dengan tindak-tunduk causalitas, tindakan causalitas menjadikan
pertimbangan dan penghargaan lalu menjadi hukum mora. Hasrat nafsu memakai
kacamata itu bukan karena sakit. Jadi hukum moralnya adalah memakai kacamata
itu belum tentu karena sakit, melainkan sebab lain tertentu. H. marcause dengan
bukunya One Demonsional Man menelusuri
wujud cara berpikir positivistic. Adanya keragaman budaya itu karena metode
ilmiah dan iptek yang terus berkembang. Madzhab kritis yaitu Hubermes tentang penawaran
positivism dari pengrtahuan ilmiah dengan cirri ilmu modern menjadi tendensi
ideology ( kecenderungan) yang terdiri dari ilmiah dan social. Social berisi
ilmu ilmiah dan iptek
0 komentar:
Posting Komentar