Senin, 13 Maret 2017

KACAMATA

KACAMATA
Kacamata adalah sebuah benda yang tersusun dari kaca dan rangkaian besi atau plastik yang biasa disebut dengan frame yang memiliki fungsi tersendiri bagi yang memilikinya. Kacamata memiliki beragam varian, baik dari segi bentuk, warna, dan fungsi yang berbeda. Bentuk dan ukuran wajah yang tentu berbeda-beda dari setiap orangnya menjadikan daya tarik tersendiri untuk memilih model kacamata yang mereka inginkan agar tetap terlihat tampak menarik bagi mereka saat mereka memakainya. Maka dari itu, terbentuklah banyak model desain bentuk kacamata berdasarkan bentuk dan ukuran wajahnya seperti, kacamata yang khusus untuk wajah yang oval, lonjong , dan lainnya. Selain dari desain bentuk, pemilihan kacamata dapat disesuaikan dengan warna kulit si pemakai agar terlihat lebih perfect. Dilihat dari segi fungsi bagi pemakainya, kacamata bisa bersifat alat pembantu bagi yang memiliki minus atau hanya sekedar menjadi stailis atau gaya dari pemakainya.
            Dari penjabaran tentang banyaknya ulasan kaberagaman desain bentuk, warna , ataupun fungsinya menurut Rene’ Decurtes dari tokoh rasionalisme dalam bukunya Diskurs De La Metode. Ketika dimasukkan dalam skema metode kesangsian dualis, subtansi psikisnya adalah keragaman, kacamata sebagai substansi fisik atau diri. “Aku berpikir maka aku ada”. Rasio setiap manusia yang lahir pasti memiliki perbedaan dengan yang lainnya (fisik) dari sebab itu kacamata memiliki keragaman. Dari peryataan tersebut bias keragaman kacamata si pemakai atau pemiliknya adalah sebagai subjek saat ia memakainya, sekaligus objek dari keragaman kacamata itu sendiri. Mengapa bisa menjadi objek? Karena keragaman itu berasal dari subjeknya sendiri (kacamata menyesuaikan bentuk dan warnanya untuk pemiliknya). Dari teori rasio keragaman itu memang ada sejak adanya sipemakai.
Tokoh lain dari rasionalisme yaitu Spinoza dengan teorinya, bahwasannya subtansi adalah sesuatu yang hanya bisa diketahui dari dirinya sendiri melalui atribut dan modus. Pemikiran tentang kacamata ketika dimasukkan dalam skemanya, keragaman merupakan atribut dan kacamata merupakan modusnya. Atribut dan modus adalah manivestasi dari subtansi. Keragaman adalah bentuk dari pikiran(berpikir) adalah hasil dari bertanya dan menjawab. Menurut Leibnitz tentang monadologynya, monad adalah unsur satuan terkecil dari dari metafisika. Dalam skemanya , monad adalah kenyataan mental yang berisi persepsi dan hasrat.  Jadi, keragaman sebagai monad dan bertemu dengan kacamata sebagai monad. Monad-monad itu saling bertemu karena ada induk monad ataau disebut dengan monad purba. Monad keragaman berasal dari monad purba bentuk wajah (gen). monad kacamata berasal dari monal purba toko atau penjual kacamata. Dari rasionalisme dapat ditarik kesimpulan bahwa adanya keragaman itu memang sudah ada secara rasio dan logis. Maksud dari keragaman adalah kata lain dari perbedaan.
            Keragaman kacamata menurut cara pandang Empirisme yang berlandaskan pengetahuan dari pengalaman melaui indera. Tokoh Empirisme adalah John Locke, jadi adanya keragaman kacamata itu bukan karena lahiriyah (secara gen). namun adanya keragaman itu karena indera mengetahui secara tampak atau nyata. Indera telah membuktikan sendiri akan adanya prbedaan tsb. Rasio berasal dari indra yang telah mengetahui dari pengalaman tersebut. Tokoh lain dari Empiris yaitu David Hume yang meragukan adanya kesangsian dualis. Subtansi tidak ada hubungannya dengan atribut atau rasio dan modus. Adanya keragaman kacamata itu hanyalah pengakuan atau sebatas serial peristiwa. Empirisme meragukan rasio karena keragaman itu terbukti bukan dengan akal, melainkan dengan pengatahuan dari indera.
            Keragaman kacamata menurut madzhab kritis. Awal penelusuran bermula dari fakta yang bersifat nyata. Dialektika dimulai dari menelusuri corak berfikir. Imanuel kant adalah salah satu tokoh dari madzhab kritis dengan objek pengetahuan, keragaman adalah nonmateri dari nomena(tidak nampak) dan kacamata sebagai materi dari fenomena. Kritik rasio murni yaitu, objek pengetahuan adalah fenomena. Dimasukkan dalam skema, benda materi yaitu kacamata yang ditangkap oleh indera dan rasio murni bahwa keragaman hanya sebagai kabar pengetahuan. Indera mendapatkan sensasi motorik lalu mendapatkan data empiric tentang keragaman.lalu data empiric dan kabar pengetahuan diproses bersama menjadi ide pengetahuan. Ide pengetahuan bisa diketahui dari kuantitas, kualitas, rasio ataupun modalitas dari objeknya. Jadi, yang membuat keragaman itu dari sensasi, karena ketika dilihat dari objeknya sama yaitu kacamata. Kacamata menjadi beragamkarena memiliki sensasi tersendiri bagi pemakainya. Kritik rasio praktis yaitu manusia memiliki diri empirih dan sifat apriori. Diri empirih yaitu hasrat dan nafsu (menggunakan kacamata). Sifat apriori adalah kecanduan untuk berpikir.dari hasrat dan nafsu bersamaan dengan tindak-tunduk causalitas, tindakan causalitas menjadikan pertimbangan dan penghargaan lalu menjadi hukum mora. Hasrat nafsu memakai kacamata itu bukan karena sakit. Jadi hukum moralnya adalah memakai kacamata itu belum tentu karena sakit, melainkan sebab lain tertentu. H. marcause dengan bukunya One Demonsional Man  menelusuri wujud cara berpikir positivistic. Adanya keragaman budaya itu karena metode ilmiah dan iptek yang terus berkembang. Madzhab kritis yaitu Hubermes tentang penawaran positivism dari pengrtahuan ilmiah dengan cirri ilmu modern menjadi tendensi ideology ( kecenderungan) yang terdiri dari ilmiah dan social. Social berisi ilmu ilmiah dan iptek


0 komentar:

Posting Komentar