Rabu, 18 Januari 2017

PERSONAL BRAND KADER PMII


Di awal masuk kuliah, bukan hal baru lagi jika banyak organisasi yang berlomba-lomba untuk mengkader anggota baru. Bahkan organisasi tercinta ini juga melakukan hal yang sama. Namun mirisnya, apa yang dilakukan oleh para anggota bukanlah sekedar memperkenalkan organisasi tersebut kepada maba. Tetapi lebih seperti mereka menjual organisasi mereka dengan dalih demi mendapatkan anggota baru.
Terlepas dari itu semua, memang banyak anggota baru yang direkrut. Namun yang didapatkan hanyalah kuantitas. Bukanlah kualitas. Buktinya loyalitas dari mereka yang dikader dengan cara demikian masih dipertanyakan saat mereka memutuskan untuk ‘hengkang’ dari PMII. Keanggotan mereka yang ikut tanpa niat dari hati hanya menjadikan PMII sebagai pembenar dan alat menyombongkan diri, bahwa ‘ini lo saya, seorang aktivis sejati !’ Hal seperti ini juga terjadi di masanya saya saat menjadi maba.
Tetapi anehnya, tidak ada satu suara seniorpun mengenai PMII yang masuk dan mencoba mendoktrin saya saat itu. Malah saya yang pontang-panting mencari mereka saat mendapatkan kabar bahwa anak-anak PMII akan berkumpul malam itu. Namun belum bertemu dengan senior PMII satu pun, saya malah dipertemukan dengan seorang senior yang mana setelah saya resmi menjadi anggota PMII, saya baru tahu bahwa dia adalah salah satu senior dari sebelah. Sempat saat itu saya didoktrin. Jika harus mengingat bagaimana saya tanpa dampingan senior manapun harus menghadapi Mas ‘L’ dengan kemampuan berbicara saya yang masih jauh dibawahanya, saya pasti tertawa.
Namun, karena saya dari awal sudah menetapkan pilihan untuk berproses dengan pergerakan ini, bagaimanapun doktrin dan iming-imingan yang diberikan, saya tidak terpengaruh. Saya iyakan, tapi juga saya tidakkan. Hingga akhirnya saya bertemu dengan senior-senior PMII hingga berhasil mengikuti Mapaba di Rayon Hukum.
Resmilah sudah saya menjadi anggota PMII. Dengan tujuan murni. Bukan untuk mencari jabatan, meski dari awal sebelum saya bergabung saya sudah tahu bahwa PMII jika dianalogikan, ia seperti kendaraan untuk perpolitikan kampus. Bukan pula untuk coba-coba. Saya memilihnya tulus dari hati saya untuk belajar lebih dalam bagaimana seharusnya seorang aktivis itu berpikir, bertindak, dan bergerak dengan tuntunan Islam NKRI di Indonesia.
Sampai saya berdiri di semester 3, banyak sekali pelajaran yang saya ambil dengan bergabungnya saya disini. Saya belajar bagaimana seharusnya saya bersikap sebagai seorang mahasiswa. Saya diajari bagaimana seharusnya saya bertindak sebagai seorang wanita. Saya belajar bagaimana menyikapi orang lain dengan berbagai macam sifat. Saya diajari bagaimana cara menyelesaikan sebuah masalah. Saya juga belajar menjadi seorang perempuan sejati dalam lingkaran wanita-wanita hebat PMII yakni KOPRI.
Selama hampir 2 tahun saya belajar dan berproses di PMII, saya menyadari bahwa saya belumlah matang. Namun setidaknya saya tahu dan paham tentang bagaimana seorang aktivis dalam naungan PMII itu sebenarnya dan seharusnya. Saya mempelajarinya dari ideologi PMII, NDP, dan sejarah PMII itu sendiri.
Selama hampir 2 tahun saya berproses di PMII dan organisasi intra kampus, saya banyak mengerti bahwa tidak semua kader PMII bisa disebut KADER PMII. Hal ini disebabkan masih banyak yang mengaku sebagai orang PMII, namun sifat sikapnya sama sekali tidak menunjukkan bahwa dia orang PMII.
Kader PMII bukanlah mereka yang dengan mudahnya mengentengkan perintah Allah dalam Islam. Kader PMII bukanlah mereka yang membenarkan IPK nya rendah dikarenakan sibuk megatur organisasi. Kader PMII bukanlah mereka yang membenarkan dirinya mengumbar kemaksiatan. Kader PMII bukanlah mereka yang tidak sungguh-sungguh dalam bekerja atupun menyelesaikan tugas organisasinya di luar PMII. Kader PMII bukanlah mereka yang memilah-milah dalam tugas. Kader PMII bukanlah mereka yang tidak mau membaur dan menyatu dengan masyarakat lainnya. Kader PMII bukanlah mereka yang dengan mudahnya lari dari tanggung jawab. Kader PMII bukanlah mereka yang membenarkan segala perbuatannya, meskipun dia sadar dia salah, dikarenakan dia berada di jabatan yang lebih tinggi.
Mereka yang selalu sadar bahwa dirinya bukanlah siapa-siapa melainkan hanya makhluk Allah yang lemah. Mereka yang mampu mengembangkan dirinya dengan segala kemampuan positif yang dimilikinya. Mereka yang mampu berdiri dengan kejujuran betapapun sulitnya. Mereka yang mampu memilah dan memilih mana yang baik dan mana yang salah. Mereka yang dengan tawaran setinggi apapaun, bila itu menyalahi ajaran Islam dan PMII, tetap berani menolak untuk melakukannya. Mereka yang berani menanggung resiko sebesar apapun untuk mengungkapkan kebenaran. Mereka yang selalu siap berdiri di garda terdepan apabila ada ketidak adilan. Mereka yang senantiasa percaya bahwa dirinya berdiri sebagai mahasiswa, bukanlah hanya untuk belajar. Tapi berjuang untuk masyarakat. Dan mereka yang selalu menekankan dalam hatinya bahwa semua ini mereka lakukan hanya untuk perjuangannya sebagai hambaNya, orang tua, rakyat, dan negara. Merekalah yang pantas untuk disebut sebagai Kader PMII.
JANGAN SEKALI KALI BERANI MENYEBUT DIRI KITA SEBAGAI SAHABAT SAHABATI PMII JIKA DENGAN SADAR MELAKUKAN KESALAHAN HINGGA MENCORENG NAMA ORGANISASI TERCINTA !
Belajar dan berproses itu boleh. Selama berproses pasti akan ada kesalahan. Tapi ingatlah almamater sahabat sahabati untuk setiap tindakan yang dilakukan. Secantik apapun sang bunga, apabila kelopaknya berlubang, maka hilanglah keindahannya. Artinya, seindah apapun organisasi tercinta jika ditemukan borok yang meskipun hanya dilakukan oleh salah seorang oknum dengan sengaja ataupun tidak sengaja, bukan pelakunya yang dilihat buruk. Tapi PMII lah yang dikatakan buruk.
Memang tidak berhak mereka menyalahkan organisasi secara keseluruhan hanya karena apa yang dilakukan salah seorang anggota. Tapi selalu ingat bahwa anggota adalah cerminan organisasi yang ada. Jangan jadikan PMII hanya menjadi penghias di dada. Bahan ingatan di kepala. Ataupun organisasi yang bisa dibanggakan kepada mereka. Tapi jadikanlah PMII sebagai rumah dan keluarga.

By : Vien Yari

0 komentar:

Posting Komentar