FILOSOFI
DONAT
Hidup tanpa
sensasi tidak mungkin mempesona, begitupun hidup tanpa ujian tidak akan
bernilai. Yang sederhana inilah jarang kita pikirkan. Meski kecil tapi
sederhana yang jarang dipikirkan yang juga memiliki kesempurnaan estetika di
baliknya. Itulah hidup ala Donat. Ketika saya mulai memikirkannya, entah apa
dan kenapa pikiran saya langsung tertuju pada kue kesukaan, Donat. Kita dapat
banyak belajar hidup dan kehidupan di dalamnya pada Donat.
Dia berbentuk
bulat dengan lubang di tengahnya, rasanya manis dan ada banyak macam toping di
atasnya yang disesuaikan dengan selera peminat. Kalau dapat saya katakan, dia
mampu mengalihkan duniaku, bahwa aku terpesona dengan pesonanya yang bersensasi
beda di luar esensinya meski dengan bentuk yang sederhana.
Dia terbuat dari
tepung sebagai bahan dasar yang dicampuri dengan pelbagai kehidupan. Kehidupan
semu, kesadaran semu adalah campurannya yang dapat merubah pelbagai campuran
itu menjadi Donat. Donat semu yang akan hilang ditelan oleh mulut-mulut serakah
dan kelaparan.
Mari kita
bayangkan sejenak, karena imajinasi sangat penting dari pada pengetahuan
menurut Albert Einstein. Tepung yang dibentuk bulat adalah kehidupan yang terus
berputar tanpa putus layaknya roda. Sejauh mana kita pergi dari tempat asal,
ujung-ujungnya pasti kembali ke tempat asal tidak seperti kehidupan kacang yang
lupa pada kulitnya. Kita adalah ciptaan, oleh karenanya kita akan kembali pada
sang Pencipta. Tidak hanya itu, bentuk Donat yang bulat bisa saja diartikan
bahwa hidup itu bersosial. Kita seperti partikel kecil yang menyatu dalam
kehidupan, oleh karena itu,kita harus berhati-hati karena ada lubang yang siap
menelan.
Terus bagaimana
dengan lubnag di tengahnya donat? Ada apa di situ? Lubang itu adalah jurang
kehidupan yang dapat kita hindari jikatidak berhati-hati. Lubang itu sengaja
dibuat supaya donat ketika digoreng cepat matangnya. Berhati-hatilah dalam
bertindak agar tidak jatuh ke dalamnya, juga tetap jagalah interaksi sosial
kita agar tidak terpengaruh olehnya.
Lalu bagaimana
nasib kehidupan topping? Dialah pemilik estetika dan nilai yang sempurna. Dia
mampu menarik pesona semua orang pada pesonanya yang bermacam-macam dan
berwarna-warni. Warna-warni itulah ujian dalam kehidupan. Dia memiliki sensasi
tinggi tetapi dalam sekali gigitan, esensinya sama. Makan donat. Dan nilai
kesempurnaan itu pula yang selalu mempertahankan pesona dari sensasinya.
Hanya donat
bermacam yang dijual di pasaran maupun di toko-toko. Tentu harga donat akan
berbeda dengan yang dijual di toko dan di pasar. Donat akan lebih bernilai dan
berharga ketika dijual di toko. Karena dia ditempatkan di tempat yang istimewa,
kerajaan donat. Dia seperti putri yang diperoleh dengan bandrol harga mahal.
Sedangkan donat yang dijual di pasar memiliki keistimewaan rendah. Dia disentuh,
ditimang dan dicicipi dengan seenaknya dengan bandrol harga murah. Itulah
penggambaran dari hidup, bahwa hidup yang mapan dan nyaman harus dibayar dengan
harga mahal. Entah itu pengorbanan waktu maupun penyerahan seluruh kemampuan
yang kita punya.semakin berharga donat itu, semakin berkualitas pula donat itu.
Proses pembuatan
donat itu dapat saya katakan cukup sulit bagi yang sudah ahli dan sangat sulit
bagi yang belum ahli. Mengapa? Karena pembuatannya membutuhkan waktu yang lama
untuk menjadi donat yang sempurna. Itu adalah ujian terberat dalam hidup kita.
Ternyata tidak hanya menentukan pilihan yang terasa berat tetapi mempertahankan
komitmen untuk terus berproses jauh lebih berat dalam kehidupan. Socrates
berkata bahwa hidup tanpa ujian itu tidak akan pernan berharga. Nikmatilah
sebuah perjuangan.
Ada yang
terlupakan bahwa donat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kata benda,
kue yang dibuat dari tepung terigu, mentega, gula dan sebagainya, berbentuk
bundaran yang berlubang di tengahnya. Tidak akan pernah dikatakan donat jika
tidak ada lubang ditengahnya, karena lubang itulah pembeda dari kue lainnya.
Kalau kita mengaca
pada para filsuf barat yang telah
mengemukakan berbagai teorinya, donat masih ada sangkut pautnya. Kita mulai
dari plato. Dalam teorinya bahwa ide adalah pantulan dari sebuah realitas semu.
Karena idelah yang bersifat lahiriah. “All donuts share in ideal””donuts
ness”, penggambaran teori Plato. Karena donat memiliki estetika maka
menurut plato, estetika atau sensasi yang dibuat adalah seni yang imitasi dari
kenyataan dari idea. Seni tidak lebih tinggi jika dipandang dari hubungannya
dari realitas. Seni dapat diandalkan sebagai sumber pengetahuan realitas.
Pandangan Aritoteles,
murid Plato, bahwa nilai estetika dari suatu bentuk dapat dihasilkan dari
analisa otak mengenai teorinya. teori Aristoteles
berbeda dari Plato. Realtiaslah dari sebuah bentuk yang ideal, materi tidak
akan eksis tanpa bentuk. “ a donuts contains a donuts ness”.
Sedangkan menurut Socrates bahwa manusia ada untuk tujuan. Sama
seperti donat yang sengaja dibuat, tidak lain hanya untuk dimakan esensinya dan
menikmati sensasinya. Salah ataupun benar memainkan peranan penting dalam
mendefinisikan hubungan seseorang dengan lingkungan dan sesamanya. Socrates percaya
bahwa manusia pada dasarnya adalah jujur,sedangkan kejahatan yang meliputinya
adalah dampak dari salah pengarahan yang membebani salah seseorang.
“everybody
deserver for donuts”, menurut Karl Marx. Dia adalah orang miskin yang tidak
punya dunia yang mampu bertahan hidup dengan cita-citaRevolusinya. Proses yang
mau menhilangkan hak milik dapat dikatakan luar biasa, meski pada akhirnya
teorinya gagal dan hanya tinggal teori. Mungkin dia tidak terima dengan para
kapitalis yang dengan seenaknya mengendalikan para buruh. Para kapitalis
menganggap bahwa nilai adalah penguat mereka. Oleh karenya, sensasi dari donat
tetap dipertahakan sehingga banyak sekali yang terus mengembangkan sensasi itu.
Menurut Nietzsche,
“stop at nothing to get your donuts”,dialah filsuf penutup dari Filsafat
barat. Dia mengemukakan bahwa “re-evolusi” semua yang ada dalam kehidupan
hanyalah pengulangan dari sebelumnya. Dia dikenal dengan pembawa palu, dia
mengatakan “sudahlah...semua yang ada di kehidupan hanyalah penyakit”.banyak
orang yang bilang dia adalah filsuf gila.
Menurut kant, “a
‘donut’ = my total experience of donuts”. Dia mengatakan bahwa subjek mampu menerima
sensalibilitas melalui indrawi dan juga subjek dapat membentuk konsep secara
rasionalisme sehingga keduanya dapat merujuk pada sintesa. Donat adalah
fenomena yang berbentuk benda atau materi. Donat dalam nomena adalah bukan
materi tetapi das ding ansih, kenyataan yang nyata senyata-nyatanya. Dalam
kritik rasio murni menurut kant donat adalah objek pengetahuan fenomena yang
berbentuk benda yang dapat dirasakan indrawi atau rasio. Menurut indrawi, donat
dapat dirasakan sensasi motoriknya menjadi kenyataan empirik. Sedangkan menurut
rasio murni donat adalah kabar pengetahuan yang diproses sehingga menghasilkan
data empirik yang dapat di nilai dari kualitas donat, kualitas donat, relasi
donat dengan toppingnya dan campurannya dan modalitas dari donat itu snediri.
Dalam teori John Locke, dia mengkritisi pendapat Rene Descartes.
Dia mengatakan bahwa manusia hanya dapat melihat ide dengan terpotong-potong,
yaitu sedikit tahu tentang banyak hal. Maka,”donuts taste good to me”.
Rene descartes menyatakan, hidup adalah
kesangsian dari ketersangsian jadi, “a donut’s holes proves the existence of
the donut”.
Itulah beberapa pendangan filsuf mengenai donat. Donta benda mati
tapi bersensasi sempurna dan beresensi sederhana. Donat tidak akan dikatakan
donat jika tidak ada lubang di tengahnya karena itulah pemedadari kue lainnya.
Oleh: Rila Safitri