Layaknya sebuah toko yang baru dibuka, dengan berbagai hidangan
makanan yang mengundang selera, dengan harga yang diobral, akan tidak terhitung
berapa banyak pengunjung yang datang. Mereka tertarik dengan yang diberikan dan
dihidangkan. Tanpa kita tahu ketertarikan itu merupakan ketertarikan semu atau
nyata. Mereka yang masuk ke dalam toko tersebut berasal dari banyak latar
belakang. Ada yang kaya, ada yang miskin, ada yang kaya tapi pura-pura miskin,
ada pula yang miskin tapi berlaga kaya. Dari sekian pengunjung yang datang, ada yang
memang ingin tahu tentang apa yang dijual oleh toko tersebut, ada pula yang
memang hanya ingin sekedar tahu, ada yang potensial untuk pengembangan usaha
melalui pelanggan, ada pula yang ingin mencuri ilmunya untuk digunakan di
tempat lain. Semuanya masuk tanpa disadari oleh pemilik toko bahwa
masing-masing pengunjung yang datang sebenarnya memiliki hal yang bisa
merugikan ataupun menguntungkan usahanya. Ia hanya memikirkan grand opening
usahanya bagus, banyak yang tertarik, dan ramai. Tapi satu hal yang perlu
diingat, itu hanya pembuka saja. Yang seharusnya dipikirkan adalah apa yang
akan dilakukannnya kedepan untuk para pelanggan yang datang sebelumnya ?
PMII yang notabennya merupakan sebuah organisasi kemahasiswaan
dengan landasan Aswaja sebagai ideologinya juga demikan. Tidak perlu kita
mengatakan tidak dengan kenyataan yang ada sekarang. Tidak perlu kita
menutup-nutupi adanya upaya oknum di dalamnya untuk mengejar kuantitas
mahasiswa yang bisa dikadernya tanpa peduli siapa mereka, bagaimana mereka, dan
untuk apa mereka mau dikader bersama perisai kita.
Mengetahui tentang siapa yang dikader, bagaimana mereka hingga
harus dikader, dan apa tujuan mereka sampai mereka mau dikader adalah sebuah
keharusan yang wajib diketahui oleh para punggawa biru kuning. Mereka yang kita
kader, yang rata-rata mahasiswa baru saat Mapaba pastinya memiliki tujuan dan
alasan sendiri. Mereka juga berasal dari berbagai macam latar belakang.
Ada yang memang ingin benar-benar belajar dengan mahasiswa lain
dalam lingkup PMII. Ada yang hanya sekedar ikut-ikutan. Dan ada yang abal-abal,
sama halnya dengan pelanggan di atas. Berniat mencuri ilmunya untuk aksi di
lain tempat. Latar belakangnya juga banyak. Ada yang memang pintar, ada yang idealis,
ada yang sukanya ngikut tanpa peduli benar dan salah, ada pula yang ingin
berproses sehingga benar-benar mengamalkan apa yang diajarkan dalam perisai
PMII.
Hal inilah yang ingin saya kaji.
Berbicara tentang latar belakang kader atau lebih pas disebut
sebagai kepribadian kader, ada yang dikatakan sebagai kader yang dibilang
pintar juga tidak, dibilang tidak pintar juga tidak. Akan tetapi dia sangat
menginginkan untuk benar-benar berproses dengan PMII. Ia ingin mengamalkan apa
saja yang didapatkannya selama Kaderisasi. Entah itu Keislamannya, Aswajanya,
maupun NDP.nya.
Kader yang seperti inilah yang begitu ingin membangun dirinya baik
dan lebih baik lagi melalui prosesnya dengan PMII. Dalam hal apapun yang dia
inginkan adalah bagaimana caranya ia mengamalkan ilmunya yang didasarkan pada
ajaran Islam, Aswaja, dan PMII. Bagaimanapun caranya ia akan menunjukkan bahwa
sebenarnya PMII itu seperti ‘ini’ bukan seperti ‘itu’. Dalam kondisi apapun ia
ingin menunjukkan kepada yang lain baik saudara seorganisasinya maupun di luar
organisasinya, bahwa dia memang ‘besar’ bukan karena PMII tapi prosesnya tidak
bisa dilepaskan dari PMII. Bukan pula dengan dia menempuh jalan yang
berseberangan dengan komitmennya hingga harus melakukan apapun supaya PMII dikatakan
besar.
Dia hanya ingin melakukan hal yang memang sesuai dengan PMII sampai
ia dikatakan besar bukan karena PMII tapi dengan PMII. Hingga pada titik
tertentu orang lain akan mengakui bahwa PMII memang layak dikatakan sebagai
organisasi bernaungan Islam yang benar dan besar. Itu adalah bentuk mencintai
organisasi yang sebenarnya harus dimengerti oleh semua kader perisai ini.
Karena begitu idealis dan komitmennya, tidak jarang kader ini
mendapatkan banyak teguran dari senior-senior yang berseberangan dengan
komitmennya. Dalam lingkup PMII mau dibenarkan ataukah tidak, tapi kenyataannya
memang benar bahwa ada beberapa kader yang melakukan segala hal untuk mencapai
tujuan. Mereka yang demikian akan mengatakan bahwa tujuannya untuk kepentingan
kader lainnya dan organisasi, namun sebenarnya tidak demikian.
Ambil kondisi ketika PMII dihadapkan pada sebuah masalah. Seorang
kader yang melakukan tindakan pencurian misalkan. Nyata sudah semua bukti
mengarah kepadanya. Bahkan kader inipun sudah mengakui kesalahannya kepada
kader yang lainnya dalam lingkup PMII. Kondisi lain lagi ketika seorang pemuda
yang ketika ditemukan oleh warga diketahui sebagai kader kita. Namun dia
ditemukan dalam keadaan berdua dengan lawan jenis dalam sebuah kamar.
Entah bagaimanapun alasan yang mereka buat hingga mereka melakukan
hal-hal demikian. Namun seharusnya, bagaimanapun alasan yang disodorkan,
sebagai seorang kader PMII sudah seharusnya kita mengatakan salah jika
memang itu salah.
Sudah seharusnya kita mengerti dan memahami ajaran Rasulullah SAW untuk
senantiasa menegakkan kebenaran. Jangankan senior, saudara, ataupun sahabat,
anakpun jika salah ya harus dikatakan salah bukan dibenarkan kesalahannya
apapun alasannya.
Bagaimanapun artinya saudara itu bagi kita, tetap tidak dibenarkan
sesungguhnya saat kita mengatakan bahwa dia tidak melakukan hal yang sebenarnya
dilakukannya. Bagaimanapun dan apapun alasan yang kita gunakan untuk melindungi
kader tersebut tetap tidak dibenarkan jika kita tidak mengungkapkan kebenaran
yang ada. Saat kita mengatakan bahwa itu demi nama organisasi kita, maka saya
katakan itu adalah salah besar.
Entah memang mereka ingin melindungi nama organisasi ataukah
memiliki maksud tersendiri, jika kita membenarkan yang salah dan menyalahkan
yang benar, maka itu adalah kesalahan yang besar. Jika kita memang ingin
menunjukkan bahwa organisasi kita memang layak dikatakan sebagai organisasi
yang benar dan besar dalam Islam maka lakukanlah sesuai dengan tuntunan yang seharusnya. Mengatakan salah
jika salah tanpa meninggalkan kader yang berbuat salah, artinya tetap mendampinginya
hingga ia mampu kembali ke jalan yang benar, inilah yang seharusnya dilakukan
jika kita mengatakan diri kita sebagai KADER PMII.
Ketika seorang kader menginginkan PMII melakukan hal yang demikian
seperti yang sudah saya tulis sebelumnya, tidak jarang ia harus menghadapi
sahabat/i di atas maupun seangkatannya yang tidak satu komitmen dengan dirinya.
Mereka yang seharusnya kita sebut sebagai ‘oknum’ inilah yang akan merusak
citra PMII itu sendiri. Alih-alih ingin melindungi nama organisasi namun pada
akhirnya kebiasaaan yang salah ini akan menciderai PMII. Jika terus dilanjutkan
dengan cara demikan, maka jangan pernah berharap PMII mencetak kader-kader
militan sesuai dengan tuntunan Islam. Melainkan kader-kader karbitan yang
tumbuh besar bukan karena belajar namun perlindungan yang tidak berpendidikan.
Di saat dimana seorang kader PMII yang memiliki keinginan untuk
menujukkan bahwa PMII memang organisasi kemahasiswaan Islam yang benar dan
besar, yang menginginkan PMII kembali kepada khittahnya kemudian dipaksa
menutup mata, mulut, telinga, hingga dipaksa untuk tidak bergerak saat ia tahu
itu salah, maka disaat itulah karakternya dibunuh oleh sahabat organisasinya
sendiri.
Sebesar apapun keinginan untuk melindungi nama organisasi padahal
kita tahu jalan yang digunakan itu salah kemudian membungkam ataupun memaksa
orang yang ingin mengungkapkan kebenaran untuk bungkam, tanpa di sadari kita
telah membodohkan kader PMII itu sendiri. Kenapa saya katakan dibodohkan ?
Orang dikatakan pintar saat ia mampu membedakan yang benar dan yang
salah lalu memilih melakukan yang benar. Sedangkan di saat itu, bukan kita
dituntun untuk melakukan yang benar, malah kita dipaksa melakukan kesalahan
besar dengan membenarkan yang salah. Bukankah jelas dan nyata jika saya katakan
itu adalah pembodohan ?
Sahabat-sahabati, para punggawa PMII, saya yakin semua yang ada di
dalam perisai biru kuning ini adalah mereka yang memiliki hati, pikiran, dan
kesadaran yang melebihi mahasiswa biasa. Maka mari gunakan secara bersama-sama otak
kita untuk berpikir, hati kita untuk merasa, dan kesadaran kita untuk
bertindak. Katakan jika itu salah jika memang salah walaupun menyakitkan.
Karena itulah yang diajarkan kepada kita masyarakat Muslim sekaligus warga
pergerakan.
Jika masih ada yang mengganjal di hati dan tetap ingin melakukan
hal yang demikian nyata salah, maka tanyakan pada hati sahabat/i. Kenapa
sahabat/i ingin dikader oleh PMII ? Apa tujuan sahabat/i ikut berproses di PMII
? Dan hasil seperti apa yang ingin didapatkan oleh sahabat/i sekalian setelah
berproses di PMII ?
Karena hanya sekedar mengingatkan bahwa pada dasarnya PMII dibentuk
bukan untuk tunggangan dalam hal apapun. Melainkan sebagai wadah untuk berpegang
dan berproses dengan Islam Aswaja bagi kaum mahasiswa. Lantas, mana yang ada
dipikiran sahabat/i sekalian ? Menjadikan PMII sebagai tunggangan untuk
akhirnya menjadi kader karbitan ataukah menjadikan PMII sebagai wadah berproses
dan berpegang dengan Islam Aswaja bagi mahasiswa untuk akhirnya menjadi kader
militan ?