Sabtu, 16 September 2017

MEMBANGUN GERAKAN INTELEKTUAL DI PMII


MEMBANGUN GERAKAN INTELEKTUAL DI PMII

“Terbentuknya pribadi muslim yang bertakwa kepada Allah SWT, berbudi luhur, berilmu, cakap dan bertanggung jawab  mengamalkan ilmunya dan komitmen memperjuangkan cita-cita kemerdekaan indonesia”

Membaca kembali dan menginterpretasi ulang cita-cita besar yang termaktub dalam tujuan PMII adalah kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap anggota dan kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia. kalimat yang menjadi pembuka dari tulisan ini di atas adalah tujuan yang sebagaimana termaktub dalam AD/ ART PMII BAB IV pasal 4. yang fenomenanya pada saat ini masih banyak anggota atau kader PMII melupakannya.

Menilik sedikit secara historis, PMII merupakan organisasi mahasiswa yang hadir ke hadapan mahasiswa Nahdhiyyin akibat dari kegalauan dan keinginan mahasiswa NU untuk memiliki tempat berproses dan beraktifitas pada awal sebelum proses pembentukannya. karena wadah berjuang dan berproses yang mengusung cita-cita luhur bagi mahasiswa NU di perguruan tinggi pada saat itu belum secara resmi dimiliki sama sekali. hanya ada Ikatan Pelajar Nahlatul Ulama’ (IPNU) yang masih terfokus pada tingkatan pelajar di sekolah-sekolah. Tidak larut daripada itu Usaha-usaha pembentukan bermunculan, departemen perguruan Tinggi dibentuk dibawah IPNU namun belum bisa mengakomodir gerakan dan perjuangan mahasiswa NU. akhirnya Organisasi mahasiswa NU yang sekopnya lokal bermunculan. Hingga kemudian terbentuk sebuah organisasi yang bernama PMII, semuanya membutuhkan proses dan usaha yang begitu panjang dari para pendirinya.
Era sekarang Pada saat cita-cita pendahulu, dan tujuan dalam PMII jika hanya dijadikan slogan oleh mahasiswa pergerakan. Maka dapat dikatakan bahwa dosa sejarah dan dosa kaderisasi telah dilakukan oleh kader tersebut. Karena sejatinya cita-cita bukan hanya mimpi, bukan hanya  adagium yang tak dihormati, harus ada usaha yang dilakukan untuk mencapainya. Harus ada gerakan untuk menindaklanjutinya.

Kembali pada AD/ART PMII sebagai aturan tertinggi di dalam organisasi PMII, mewujudkan Manusia yang unggul dalam Hal keilmuan adalah salah satu point penting yang wajib diperhatikan, karena umat islam pada saat sekarang sedang menghadapi berbagai benturan pemikiran dan cemoohan sebagai umat yang tertidur, miskin, bodoh dan belum bisa menciptakan pemikiran-pemikiran besar seperti pada zaman keemasan islam. oleh sebab itu kemudian sebagai refleksi PMII mengajak kader-kadernya untuk kembali membudayakan berpikir, membaca, berdiskusi dan lain sebagainya untuk menunjang kapasitas keilmuan dan kreatifitas kader. dalam bahasa lebih gampangnya PMII mengajak melakukan gerakan intelektual.

mengembalikan PMII sebagai Gerakan Intelektual?
Pada tahun 1990-an sampai saat ini peran mahasiswa utamanya PMII seakan tidak cukup memuaskan apabila tidak disimplifikasi dengan kata-kata gerakan. Gerakan sebagai makna semantik dari prototipe dinamis, penuh idealisme, penuh dengan dedikasi, tanpa kompromi, solid, commited, militan dan terorganisasi
Gerakan intelektual bukanlah satu hal yang baru, akan tetapi banyak dilupakan utamanya oleh para aktivis-aktivis mahasiswa di perguruan tinggi. Padahal ketika secara umum membaca Tri dharma Perguruan tinggi poin pertama yang tidak dapat ditinggalkan oleh civitas akademika yang dalam hal ini salah satunya mahasiswa adalah pendidikan dan pengajaran yang tidak jauh dari pemahaman dan peningkatan kapasitas intelektual.

Hal tersebut juga senada dengan Tri Motto PMII yakni Dzikir, Fikir Amal Shaleh. Dimana Fikir tidak terlepas dari bagian yang harus dioptimalisasi setelah kualitas primordial manusia sebagai hamba Tuhan adalah wajib mengabdi dan menghambakan diri pada Allah. Hal tersebut terkandung dalam makna dzikir, sedangkan Fikir adalah bagian penting karena disana sebagai differensia atau pembeda absolut dari Makhluk Tuhan yang lainnya. Dari sana juga sudah tercermin keinginan akan cita-cita PMII agar kualitas kader PMII adalah berintelektual.

Bahkan tri khidmat PMII jika kita bisa memaknai bahwa khidmat adalah berbicara pengabdian setelah masuk dan sah sebagai anggota, kader, pengurus PMII aspek “Intelektual” juga menjadi poin penting dan utama di dalamnya.

Kembali pada tujuan PMII sebagaimana  awal, yang termaktub pada AD/ ART, ada garis besar tujuan yaitu “berilmu serta cakap dan bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya” hal ini juga menjadi alasan yang sangat penting bahwa harakah (gerakan) PMII harus mengembalikan dirinya pada gerakan intelektual. Karena selain sebagai misi dari setiap warga pergerakan, gerakan intelektual juga merupakan kewajiban dari setiap insan yang bernama Umat MUHAMMAD SAW. Oleh sebab itu PMII kemudian menempatkan Ulul Albab sebagai Eka Citra Diri PMII yang pemahamannya sangat luas.

Gerakan Intelektual saat ini banyak sekali macamnya dan dapat dilakukan di PMII salah satunya dengan membangun budaya membaca, diskusi, mengkaji berbagai persoalan,membuat penelitian, membudayakan menulis dan lain-lain. Hal itu menjadi salah satu bagian kecil yang harus dikembalikan dan ditradisikan di PMII.

Pentingnya hal tersebut karena fakta sejarah mengatakan bahwa gerakan besar dan perubahan yang besar di dunia ini, lahir dari teori, pengetahuan dan pemikiran-pemikiran yang besar. Dari orang-orang yang mempunyai komitmen intelektual dan kemudian diaplikasikan pada dunia yang nyata. Dan PMII harus melakukan hal itu juga.
Terakhir Tulisan ini hanya buah pemikiran yang lugas dan baru saja lewat dalam benak dan pemikiran saya. Apabila ada kekeliruan dan kesalahan maka itu murni kesalahan dan kekurangan penulis.

Wallahu A’lam bis-shawab

Oleh.Ach. Zahid

* merupakan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Trunojoyo Madura, sekaligus Kader PMII dan Pengurus Rayon As-Shiddiq Komisariat Universitas Trunojoyo Madura.

0 komentar:

Posting Komentar