si WAKIL sehat Rakjat Sekarat
Suatu saat mereka berebut untuk berbuat baik sambilalu berselfi dan memposting kegiatannya, sejak itu perlahan wajah wajah itu mulai terkenal sesekali menyapa personal, tidak canggung blusukan dan duduk bersama di warung kopi lesehan, tentu saja masyarakat mulai tertarik dan menerimanya untuk dijadikan WAKIL mereka, satu persatu moment berjalan lancar hingga masyarakat percaya sepenuhnya bahwa kesejahteraan sandang, dan pangan akan di kawal oleh Si WAKIL (rakjat) Sembari tersenyum dan lambaikan tangannya si WAKIL mulai memberi secercah harapan dengan pembagian rokok hingga sembako gratis untuk kami (rakjat) satu minggu kemudian putusan hasil pemilu keluar dan berhasillah si WAKIL duduk di barisan para kaum borjuis yang enggan peduli itu. Satu minggu selanjutnya dia tak kunjung datang ke warung kopi lesehan tempat kita berkenalan dulu, semakin lama bahkan tidak ada kabar sedikitpun untuk mendengar keluhan rakyatnya, mungkin saja dia sedang sibuk menyandang status baru dan segudang tugasnya pikirku.
Kupastikan Si WAKIL dalam keadaan sehat, rupanya dia sedang berdiskusi mungkin bedanya tempatnya lebih elit dari warung kopi kemarin, sesekali aku meminta ajudannya untuk bertemu dan jawabannya" bapak sibuk", aku coba lagi memintanya bertemu alasannya tetap sama "bapak sedang sibuk" suatu saat sering kujumpai Si WAKIL duduk santai di cafe mewah di jam kantor,pikirku mungkin dia sedang berdiakusi kedaulatan pangan rakjatnya, semakin hari semakin sering saja kujumpain hingga fikirku jadi begini sibuknya WAKIL ku? Saat mahasiswa mulai gelisah dengan kesejahteraan pangan tetap saja WAKIL ku tak membawa keadilan.
Jangankan rokok dan sembako yang ada hak rakjat di pangkas se minimal mungkin, Wakilku mulai asik dengan Ruangan ber AC nya, pembahaaan anggaran tunjangan lebih alot dari pembahasan kesejahteraan ekonomi rakjat, ah mau bagaimana lagi si WAKIL mulai berubah sejak dihadiahi Mobil plat Merah oleh negara, datang jam 9 untuk absen lalu bergegas keluar kantor dan kembali jam 4 untuk absen pulang, wacana kedaulatan pangan hanya sebagai pemanis tulisan judul proposal saja, ahirnya banyak kebijakan berahir wacana untuk berita di media.
si Wakil pun mulai apatis, apalagi yang membuat dia pusing sedang anak istri sejahtera dengan tunjangan negara, mobil dinas bisa dipakai kemana saja, Anggaran penting sesuai RAB soal tanda tangan dan stempel atasan bisa dilobi, semua nya selesai dengan karaoke dan ngopi. Sesekali melirik pengemis dengan dahi mengernyit Ahir cerita Si wakil bahagia sehat saat rakjat sekarat.
Musrifah (Ketua Kopri UTM)